Minggu, 06 Oktober 2019

PSIKOLOGI AGAMA DAN TASAWUF


RESUME KELOMPOK 19
PSIKOLOGI AGAMA DAN TASAWUF
A.    Pengertian Tasawuf
Istilah tasawuf secara harfiyah berasal dari sekian banyak kata, di antaranya ialah al-shuffah dalam istilah ahl al-shuffah, shaff (barisan dalam shalat) shuff  (suci, orang yang disucikan), sophos (istilah Yunani, artinya bijaksana), dan shuff (kain dan bulu yang dipakai kaum sufi). Dari kelima istilah tersebut bila diteliti ternyata semuanya menjelaskan mengenai kehidupan mental seseorang. Hal demikian dapat dijelaskan misalnya, kata al-shuffah. Kata itu tidak dimaksudkan untuk menerangkan hal yang bersifat materi, tetapi kata itu menekankan makna kejiwaan. Inti sikap orang yang penghuni al-shuffah adalah untuk memperoleh kesucian jiwa, bukan untuk memperoleh penderitaan kehidupan materi. Begitupula kata selainnya, orientasi yang dikandungnya ialah kejiwaan.
Mahmud aqil menghimpun beberapa rumusan mengenai hakekat tasawuf sebagai berikut:
1.      Tasawuf merupakan kehidupan spiritual (ruhiyat)
2.      Tasawuf ialah kajian tentang hakikat
3.      Tasawuf merupakan bentuk dari Ihsan, aspek ketiga setelah Islam dan iman.
4.      Tasawuf merupakan jiwa Islam.
Beberapa himpunan hakekat tasawuf itu secara keseluruhan menekankan pada kejiwaan, spiritual, dan kehidupan mental. Oleh karena itu decara singkat dapat dikatakan tasawuf merupakan persoalan penyucian diri.
Kesimpulan ini diambil dengan berpijak pada makna-makna yang terkandung dalam seluruh hakekat tasawuf diatas baik kata spiritual, hakekat, ihsan, maupun jiwa Islam semuanya mengacu pada bahasan mengenai aspek esoterik Islam. Ungkapan itu tampaknya di dkung oleh al-Hujwiri yang mengatakan, tasawuf berkaitan erat dengan usaha penyucian jiwa manusia. Dengan demikian, kaum sufi ialah mereka yang ruhnya terbebaskan dari pencemaran manusiawi, tersucikan dari noda jasmani, dan terlepas dari hawa nafsu, sehingga mereka dapat menemukan ketentraman dan kesenangan berada dalam hadirat Tuhan.
Pendapat di atas dapat diperkuat dengan melihat tujuan dan intisari tasawuf. Menurut Harun Nasution, tujuan tasawuf ialah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan. Sedangkan intisarinya, kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan. Dari tujuan dan inti sari tasawuf tersebut dapat ditemukan, ternyata tasawuf memang berisikan tentang keruhanian dan kehidupan spiritualitas. Kesadaran tentang kedekatan manusia dengan Tuhannya jelas hanya dapat dilakukan oleh manusia yang berhasil mensucikan jiwa. Ini sesuai dengan isi sabda Nabi, Tuhan itu baik Dia hanya menyukai hal-hal yang baik. Dia suci dan hanya menyukai yang suci, Dia mulia dan hanya suka pada orang-orang mulia, Dia pemurah dan hanya suka pada para dermawan.
Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW :
Sesungguhnya Allah Maha Baik, Dia menyukai yang baik, Dia Dzat Yang Maha Mulia, Dia menyukai yang mulia, Dia Dzat Yang Maha Dermawan, Dia menyukai yang dermawan.”
Selanjutnya bila tasawuf diangkat menjadi ilmu maka tasawuf mempunyai arti, studi tentang cara dan jalan seorang muslim untuk bertaqarrub kepada Tuhannya. Namun, pengertian tasawuf sebagai ilmu ini harus dibedakan dengan ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya. Bahkan perbedaan itu sangat bersifat esensial. Perbedaan itu terletak pada alat yang digunakan untuk menggalinya, yakni bukan fikiran rasional, melainkan perasaan (Al-Dzauq). Jadi pengkajian tasawuf tidak menggunakan akal, melainkan al-Qalb. Oleh karena itu, ketika ilmu tasawuf berbicara tentang term taqqarub, timbul perbedaan konsep diantara para sufi, sehingga timbulah teori-teori mengenai ma’rifat, ittihad, hulul, dan wahdat al-wujud.
Perbedaan bentuk kesadaran dan pengalaman tersebut menyebabkan terbelahnya tasawuf dalam dua kelompok, yaitu tasawuf akhlaki dan tasawuf falsafi. Sekalipun demikian keduanya sepakat bahwa untuk menuju ke hadirat-Nya, sufi harus melalui tangga-tangga spiritual yang disebut maqam (station). sekali lagi, karena berkaitan dengan pengalaman batin, maka rumusan mengenai maqam yang harus dilaluinya pun terjadi perbedaab diantara sufi.
Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan tasawuf, untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan sehingga disadari benar-benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan. Tasawuf ini hanya terdapat dalam aagama Islam saja. Berbeda dengan fiqh, tasawuf prinsip asasinya adalah bahwa tidak ada wujud hakiki kecuali Allah. Dengan demikian kalimat syahadat pertama Asyadu an la ilahha illa Allah (aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), berarti la maujud illa Allah (tidak ada wujud Tuhan selain dan berasal dari rohNya. Karena itu, ia ingin berhubungan dengan sumber aslinya. Perhubungan itu dapat mengambil bentuk al-ittihad (bersatu dengan Allah). Tasawuf atau sufisme adalah kegiatan yang lebih menitik beratkan pada aspek esoteris Islam. Ia berbeda sama sekali dengan orientasi fiqh dan syari’ah yang lebih mengarah kepada eksoteris.
B.     Dasar-dasar Tasawuf
Menurut Hamka bahwa tasawuf itu timbul dan bersebar dari ajaran Islam itu sendiri (Al-Qur’an, Hadist, perjalanan hidup Rasulullah dan para sahabat). Kalau ditelusuri ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW yang dapat dijadikan pegangan oleh sufi, maka tanpa adanya pengaruh dari luar, tasawuf bisa tumbuh dengan sendirinya karena dasarnya sudah ada dalam Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW.
Diantara ayat-ayat dan Hadist Rasulullah itu adalah:
1.      Firman Allah SWT
Artinya : Jika hambaku bertanya kepadamu tentang diriku, aku dekat, aku mengabulkan seruan orang yang memanggil jika aku dipanggil (Q.S Al-baaqarah: 186)
2.      Firman Allah SWT
Artinya: Timur dan barat adalah kepunyaan Allah kemana saja berpaling di situ ada wajah Allah. (Q.S Al-baqarah: 115)
3.      Firman Allah SWT
Artinya: maka apabila aku (Allah telah menyempurnakan kejadian-kejadiannya (manusia) dan telah meniupkan kedalamnya rohKu, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan bersujud (Q.S al-Hijr : 29)
4.    Sabda Nabi SAW
Artinya: orang yang mengetahui dirinya itulah orang yang mengetahui Tuhannya
Ayat-ayat dan Hadis tersebut yang membawa timbulnya ajaran tasawuf didalam Islam.
C.    Karakteristik Ajaran Tasawuf
Menurut Hamka karakteristik ajaran tasawuf sebagai berikut:
1.    Peningkatan moral.
2.    Pemenuhan (sirna) dalam realitas mutlak.
3.    Pengetahuan intuitif langsung.
4.    Ketentraman atau kebahagiaan.
5.    Penggunaan simbol dalam ungkapan-ungkapan. Pertama, pengertian yang ditimba dan harfiah kata-kata. Kedua, pengertian yang ditimba dari analisis.
D.    Pokok-pokok Ajaran Tasawuf
1.    Taqarub Illa Allah
Telah dimaklumi bahwa tujuan seorang sufi adalah mendekatkan (taqarrub) sedekat mungkin dengan Tuhan, sehingga ia dapat melihat Tuhan dengan mata hati.
Filsafat yang menjadi dasar tentang ini adalah:
a.       Tuhan bersifat rohani, maka bahagian yang dapat mendekatkan diri denganNya adalah roh manusia bukan jasadnya.
b.      Tuhan adalah Maha Suci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk mendekati-Nya adaalah roh yang suci.
Persucian roh dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1.      Memperbanyak beribadah kepada Allah, dan
2.      Menghilangkan ketergantungan kepada dunia dan materi. Atas dasar itulah, maka sufisme dapat dikatakan suatu ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui persucian roh.
E.Jalan untuk Mendekatkan Diri Kepada Allah
Dalam ajaran tasawuf seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah, bahkan sedekat mungkin, bukanlah dengan mudah begitu saja, akan tetapi ai harus menempuh jalan tertentu yang sulit dan panjang. Jalan ini disebut dengan maqamat (jamak dari maqam) atau station. yang dimaksud dengan maqam, adalah disiplin kerohanian yang ditunjukan orang sufi berupa pengalaman-pengalaman yang dirasakan dan diperolehnya melalui usaha-usaha tertentu.
Tujuan hidup manusia menurut ajaran tasawuf adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan ma’rifah Allah yang sempurna. Untuk mencapai yang demikian mereka harus memerangi hawa nafsu dan meninggalkan keduniawian sekalipun halal, untuk ini mereka harus melalui beberapa tingkatan (maqamat) diantaranya maqamat yang akan dilalui adalah:
1.      Taubat, Taubat bagi sufi ialah taubat yang tidak akan membawa kepada dosa lagi sehingga mereka lupa segala-galanya kecuali Allah.
2.      Wara, Meninggalkan segala sesuatu yang diragukan tentang kehalalalnya.
3.      Zuhd, Meninggalkan dunia dari hidup kematerian.
4.      Al-faqr, Merasa tidak memiliki sesuatu, karena apapun yang dimiliki seseorang tidak lain adalah milik Allah SWT semata.
5.      Sabr, Sabar dalam menjalankan perintah Allah dalam menjauhi larangan-Nya dan dalam menerima segala cobaan.
6.      Tawakkal, yaitu menyerah kepada qadha dan putusan dari Allah.
7.      Ridha, menerima ketentuan Tuhan dengan hati senang.
Dengan melalui maqamat tersebut maka para sufi dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. Dan sekaligus maqamat itu merupakan latihan dalam mengekang hawa nafsu dan memalingkannya dari hal keduniawian. Apabila seorang sufi dapat melalui maqamat degan sempurna maka ia berada di sisi Allah, bahkan dapat bersatu (ittihad) dengan Allah. Pada saat itulah sufi merasakan kebahagiaan dan ketentraman yang tiada taranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar