RESUME
KELOMPOK 6
AGAMA DAN KESEHATAN
MENTAL
Ternyata agama dapat memberi dampak
yang cukup berarti dalam kehidupan manusia, termasuk terhadap kesehatan. Bahkan
menurut Mc Guire, agama sebagai system nilai berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat modern dan berperan dalam membuat perubahan sosial. Layaknya dengan
institusi social lainya, agama memiliki peran yang demikian besarnya dalam
perubahan sosial. Sementara itu, agama juga menunjukan kemampuan adaptasi dan
vital dalam berbagai segi kehidupan sosial hingga perubahan-perubahan dalam
struktur sosial dalam skala besar tak jarang berakar dari pemahaman terhadap
agama (Mc Guire, 1981:255)
A. Manusia
dan Agama
Berangkat dari
konsep Fitrah ini, Murtadha
Muthahhari melihat hubungan manusia dengan agama berdasarkan adanya kerinduan
(al-…….) dalam diri manusia . Ia membagi kerinduan menjadi : 1) kerinduan
jasmani dan 2)kerinduan rohani. Kerinduan rohani terlihat dalam sikap dan
aktifitas yang dilakukan seseorang atas dasar nilai-nilai luhur yang diyakini
akan kebenarannya. Adakalanya seseorang berani mengorbankan harus miliknya,
atau bahkan jiwanya sendiri demi sebuah keluhuran.
Hubungan manusia
dan agama tampaknya merupakan hubungan yang besifat kodrati. Agama itu sendiri
menyatu dalam Fitrah penciptanya manusia. Terwujud dalam bentuk kerundukan ,
kerinduan ibadah, serta sifat-sifat luhur. Manakala dalam menjalankan
kehidupannya, manusia menyimpang daari nilai-nilai Fitrah-nya, maka secara
psikologis ia akan merasa adanya semacam “hukuman moral”. Lalu spontan akan
muncul rasa bersalah atau rasa berdosa (sense
of quality).
B. Agama
dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental
Kesehatan mental
(mental bygiene) adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prisip,
peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani
(M. Buchori, 1982: 13) orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dalam
rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tenteram (M. Buchori,
1982: 5). Menurut H.C. Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan
serta prisnsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi, kedokteran psikiatri,
biologi, sosiologi, dan agama (M. Buchori, 1982: 5).
Penemuan
Muhammad Mahmud Abd Al-Qadir seorang ulama dan ahli biokimia ini, setidak
tidaknya memberi bukti akan adanya hubungan antara keyakinan agama dengan
kesehatan jiwa. Pengobatan penyakit batin melalui bantuan agama telah banyak
dipraktikan orang. Dengan adanya gerakan cbristian science, pernyataan seperti
itu diperkuat oleh pengakuan ilmiah pula. Dalam gerakan ini dilakukan
pengobatan pasien melalui kerjasama antar dokter, psikiater, dan ahli agama
(pendeta). Disini tampak manfaat dari ilmu jiwa agama. Tak mengherankan kalau
sejak abad ketujuh hijrah, Ibn Al-Qayyim Al-Jauzi (691- 751 H) pernah
mengemukakan hal itu. Menurutnya, dokter yang tidak dapat memberikan pengobatan
pasien tanpa memeriksa kejiwaannya dan tidak dapat membrikan pengobatan
berdasarkan perbuatan amal saleh, menghubungkan diri dengan Allah dan mengingat
akan hari akhir, maka dokter tersebut bukanlah dokter dalam arti yang
sebenarnya. Ia pada dasarnya hanyalah merupakan calon seorang dokter yang
picik.
Barangkali
hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama
sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri
seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang seperti
itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul
perasaan positif seperti rasa bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa
dicintai atau rasa aman. Sikap emosi yang demikian merupakan bagian dari
kebutuhan asasi manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka, dalam kondisi
yang seperti itu manusia berada dalam keadaan tenang dan normal, yang oleh
Muhammad Mahmud Abd Al-Qadir, berada dalam keseimbangan persenyawaan kimia dan
hormon tubuh. Dengan kata lain, kondisi yang demikian menjadi manusia pada
kondisi kodratinya, sesuai dengan fitrah kejadiannya, sehat jasmani, dan
rohani.
C. Terapi
Keagamaan
Orang yang tidak
merasa tenang, aman serta tenteram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohani
atau mentalnya, tulis H. Carl Witherington (M. Buchori, 1982). Para ahli
psikiatri mengakui bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar
tertentu yang diperlakukan untuk melangsungkan proses kehidupan secara lancar.
Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani dan berupa kebutuhan rohani
maupun kebutuhan sosial. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia
akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan yang dihadapinya. Kemampuan
untuk menyesuaikan diri ini akan mengembalikan ke kondisi semula, hingga proses
kehidupan berjalan lancar seperti apa adanya.
Pendekatan
terapi keagamaan ini dapat dirujuk dari informasi Al-Qur’an sendiri sebagai
kitab suci. Di antara konsep terapi gangguan mental ini adalah pernyataan
Allah. Dalam surat yunus dan surat Isra’
Wahai
manusia, sesungguhnya sudah datang dari Tuhanmu Al-Qur’an yang mengandung
pengajaran, penawar bagi penyakit hati (Jiwa), tuntunan serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman .(Q.S Yunus: 57)
Dan
kami turunkan Al-Qur’an yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (Q.S Isra’: 82)
Kesehatan mental
adalah ssuatu kondidi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman,
dan tentram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain
melaui penyesuaian diri serta resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada
Tuhan). Dalam Al-Qur’an petunjuk mengenai penyerahan diri cukup banyak.
D. Musibah
Musibah merupakan
pengalaman yang dirasakan tidak menyenangkan karena dianggap merugikan oleh
korban yang terkena musibah. Berdasarkan asal katanya, musibah berarti lemparan
(arramyah) yang kemudian digunakan
dalam makna bahaya, celaka, atau bencana dan bala. Menurut Al-Qurtubi, musibah adalah apa saja yang menyakiti dan menimpa diri
seseorang, atau sesuatu yang berbahaya dan menyerahkan manusia, betapapun
kecilnya (Ensiklopedi Al-Qur’an, 1997: 283).
E. Kematian
Kematian adalah sebuah
keniscayaan. tak perlu diminta. Dia akan datang sendiri. Tidak perlu mendafta
tau mencalonkan diri. Data setiap makhluk sudah tercatat. Nama, tempat dan
lahir, jenis kelamin, bangsa, agama, maupun latar belakang aktivitas selama
hidup. Termasuk hal-hal paling kecil, maupun niat yang masih tersembunyi
didalam hati. Semua tedata utuh dan lengkap. Lebih lengkap dan akurat dari pada
Badan Pusat Statistik.
1.
Kematian dalam Agama
Setiap agama
mengajarkan tentang adanya hari kebangkitan. Alam baru dalam kehidupan “lain”
yang akan dialami oleh manusia mati. Dipercaya bahwa saat itu manusia akan
dihidupkan kembali guna diminta pertanggungjawabannya. Perbuatan baik akan
memperoleh ganjaran kenikmatan hidup surgawi. Sebaliknya, perbuatan buruk akan
diganjar dengan hukuman berupa siksaan neraka. Oleh karena itu, hari
kebangkitan ini juga sering disebut dengan hari pembalasan.
Kemudian dalam
ajaran islam, hari kebangkitan merupakan bagian dari rukun iman. Mengenai Hari
Kebangkitan ini dimukakan oleh Abul A’la Al-Maududi: “ Yang wajib kita beriman kepanya
mengenai hari itu, ialaah:
1) Bahwa Allah akan menghapuskan alam
semesta alam ini dan sekalian makhluk yang ada didalamnya pada suatu hari yang
dikenal dengan kiamat.
2) Kemudian Allah Swt akan menghidupkan
mereka kembali sekali lagi dan mengumpulkan mereka di hadapan-Nya. Itu adalah
“Mahsyar” atau “Hari Kebangkitan”.
3) Kemudian segala sesuatu yang diperbuat
oleh manusia, yang baik dan yang buruk dalam kehidupan dunia mereka, diajukan
kepada pengadilan Allah Swt. Tanpa dikurangi dan tanpa dilebihkan.
4) Allah swt menimbang bagi tiap-tiap orang
dari manusia akan perbuatannya yang baik dan yang buuk. Barangsiapa yang lebih
berat daun timbangan perbuatan-perbuatannya yang baik, maka dia diampuni-Nya:
dan barangsiapa yang lebih berat daun timbangan perbuatan-perbuatan yang buruk,
maka ia disiksa-Nya.
5) Orang-orang diampuni-Nya masuk surga, dan orang-orang
yang disiksa-Nya masuk neraka”. (Abu A’la
Al-Maududi, 1985:93-94)
2.
Psikologi kematian
Siklus
perjalanan hidup manusia dapat diibaratkan garis sisi pada sebuah trapezium.
Garis sisi kanan yang menanjak menggambarkan masa sejak kelahiran hingga
menginjak usia dewasa . Masa pertumbuhan dan perkembangannya progresif fisik
terus mengalami pertumbuhan hingga mencapai titik limit akhir di usia dewasa
seiring dengan itu perkembangan mental spiritual juga bergerak pesat .
Secara
psikologis manusia usia lanjut terbebani oleh rasa ketidakberdayaan kelemahan
fisik keterbatasan gerak dan menurunnya fungsi alat indra menyebabkan manusia
usia lanjut merasa terisolasi mulai terasa adanya kekosongan batin di kala itu
penghayatan terhadap segala yang terkait dengan nilai-nilai spiritual mulai
jadi perhatian kegelisahan dan kekosongan batin seakan jadi terobati oleh keakraban dengan aspek-aspek rohaniah hati
merasa lebih tentram dan terobati oleh kedekatan hal-hal yang bersifat sakral .
Kekosongan batin
akan kian terasa bila dihadapkan pada peristiwa peristiwa kematian terutama
bila dihadapkan pada kematian orang-orang yang terdekat atau paling dicintai
mungkin keluarga anak suami istri ataupun kerabat muncul semacam rasa
kehilangan yang terkadang begitu berat dan sulit diatasi .
Nilai-nilai
ajaran agama menyadarkan manusia akan status diri mereka menyadarkan manusia
akan dirinya selaku makhluk ciptaan hidup dan kehidupannya sepenuhnya tergantung
kepada sang pencipta . Didasarkan bahwa kepemilikan manusia hanyalah sebagai
titipan dan amanat kepemilikan mutlak adalah sang pencipta dengan adanya kesadaran akan keterbatasan diri
diharapkan beban batin akan tercerahkan .
Selanjutnya
kematian juga disikapi manusia mengenai dirinya sadar bahwa suatu saat dirinya
juga akan mengalami kematian masing-masing mulai menakar diri.
Menginventarisasi semua aktivitas dan lakon hidup mengingat kembali kebaikan
dan keburukan yang pernah dilakukan khawatir akan balasan yang bakal diterima
di hari kebangkitan perasaan seperti ini sering menghantui manusia terjadi
semacam Kecamatan kecemasan batin lebih-lebih mereka yang sudah menginjak usia
lanjut .
Kematian dan
hari kebangkitan sebenarnya tak dapat dipisahkan dalam kenyataan manusia
kematian sebagai akhir sebuah kehidupan serta hari kebangkitan sebagai Kondisi
kehidupan Abadi tempat manusia berhadapan dengan perhitungan amal perbuatan
selama hidup di dunia bagaimanapun manusia menyikapi semua itu tampaknya sangat
tergantung dari latar belakang keyakinan masing-masing. [1]
Betting on the Best Baccarat Sites (2021)
BalasHapusYou must bet on the 온카지노 betting odds for the top two games, and the highest odds 바카라 for each round are displayed on the left-hand side of the wager, 메리트카지노총판 as shown