RESUME KELOMPOK 3
PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA ANAK DAN REMAJA
A. Teori Tentang Sumber Kejiwaan Agama
1. Teori Monistik (Mono =
Satu)
Teori monistik
berpendapat bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah satu sumber
kejiwaan. Selanjutnya sumber tunggal manakah yang dimaksud yang paling dominan
sebagai sumber kejiwaan itu, timbul beberapa pendapat yang dikemukakan oleh:
a. Thomas Van Aquino
Sesuai dengan masanya
Thomas Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu
ialah berfikir. Manusia bertuhan karena manusia menggunakan
kemampuan berfikirnya.
b. Fredrik Hegel
Hampir sama dengan
pendapat Thomas Aquino maka filosof Jerman ini berpendapat bahwa agama adalah salah
satu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi.
Berdasarkan hal itu agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan yang
berhubungan dengan pikiran.
c. Frekdrick Schleimacher
Berlainan dengan
pendapat kedua ahli diatas, F. Schleimacher berpendapat, bahwa yang menjadi
sumber keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sence of
depend).Dengan adanya rasa ketergantungan yang mutlak ini manusia merasakan
dirinya lemah.
d. Rudolf Otto
Rudolf Otto berpendapat
sumber kejiwaan adalah rasa kagum yang berada dari the wholly other (yang
sama sekali lain). Jika seseorang dipengaruhi rasa kagum terhadap sesuatu
yang dianggapnya lain dari yang lain di istilahkan R. Otto “Numinous”
sebagai sumber yang essesial.
e. Sigmund Frend
Pendapat S. Frend
sumber kejiwaan agama adalah libido sexuil (naluri seksual).Berdasarkan libido
ini timbullah ide tenga ke-tuhanan dan upacara keagamaan setelah melalui
proses:
1)
Oedipoes Comples: Mitos Yunani kuno yang
mencerikan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunyam maka Oedipoes membunuh
ayahnya.
2)
Father Image (Citra Bapak): setelah
mereka membunuh ayah mereka dan dihantui rasa bersalah itu, timbullah rasa
penyesalan, perasaan itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai
penebus kesalahan yang mereka lakukan.
S. Frend bertambah yakin akan kebenaran pendapatnya itu berdasarkan kebencian setiap
agama terhadap dosa. Dan dilingkungannya yang beragama Nasrani, Frend
menyaksikan kata “Bapak” dalam untaian doa mereka.
f. William Mac Dougall
Sebagai salah satu ahli
spikologi instink, ia berpendapat bahwa memang isnting khusus sebagai sumber
agama tidak ada. Ia berperndapat sumber kejiwaan agama merupakan kumpulan dari
beberapa instink. Menurut Mac Dougall, pada diri manusia terdapat 14 macam
instink. Maka agama timbul dari dorongan instink secara terintegrasi.
2. Teori Fakulti (Faculty
Theory)
Teori ini berpendapat
bahwa tingkah laku manusia tidak besumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi
terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang dianggap memegang peranan penting
adalah: Fungsi Cipta (reason), Rasa (emotion), dan Karsa (Will).Demikian pula
perbuatan manusia yang bersifat keagamaan di pengaruhi dan ditentukan oleh tiga
fungsi tersebut:
a.
Cipta (Reason)
b.
Rasa (Emotion)
c.
Karsa (Will)
Ketiganya berfungsi
antara lain:
1)
Cipta (Reason) berperan untuk menentukan benar atau tidak nya ajaran suatu
agama bedrasarkan pertimbangan intelek sesorang.
2)
Rasa (emotion) menimbulkan sifat batin yang seimbang dan positif dalam
menghayati kebenaran ajaran agama.
3)
Karsa (will)menimbukan amalan- amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan
logis.
3. Beberapa Pemuka Teori
Fakulti
a. G.M. Straton
b. Zakiah Daradjat
c. W.H Thomas
B.
Timbulnya Jiwa Keagamaan Pada Anak
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis,
walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang
bersifat laten, potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan
dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini.
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya maka seorang anak menjadi
dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya yaitu:
1.
Prinsip Biologis
2.
Prinsip Tanpa Daya
3.
Prinsip Eksplorasi
Menurut
tinjauan pendapat pertama bayi dianggap sebagai manusia dipandang dari segi
bentuk dan bukan kejiwaan, apabila bakat elementer bayi lambat bertumbuh dan
matang maka agak sukarlah untuk melihat adanya keagamaan pada dirinya.
Sedangkan pendapat yang kedua tanda-tanda keagamaan pada diri seorang anak akan
tumbuh terjalin secara integral dengan perkembangan fungsi-fungsi kejiwaan
lainnya.
Dari kedua
pendapat diatas maka pertumbuhan agama pada anak itu antara lain:
1.
Rasa ketergantungan (sence of fepende)
2.
Insting Keagamaan
C.
Perkembangan Agama pada Anak-anak
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan anak-anak itu melalui bebrapa
fase (tingkatan). Dalam bukunya The Thevelopment of religious on children ia
mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan,
yaitu:
1. The fairy stage
(tingkat dongeng)
2. The Realistic Stage
(tingkat kenyataan)
3. The Individual Stage
(tingkat individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yangh paling tinggi
sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep ini terbagi tiga, yaitu:
a. Konsep ke-Tuhanan yang konvensional
dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut
dipengaruhi oleh pengaruh luar.
b. Konsep ke-Tuhanan yang
murni yang dinyatakan dalam pandangan yang bersifat personal (perseorangan)
c. Konsep ke-Tuhanan yang
bersifat humanistik. Agama telah menjadi etos humanis pada diri mereka dalam
menghayati ajaran agama.
D. Sifat-Sifat Agama pada Anak
Memahami
konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada anak-anak.
Berdasarkan hal itu maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi
atas :
1.
Unreflective ( Tiak mendalam)
2.
Egosentris
3.
Anthromorphis
4.
Verbalis dan Ritualis
5.
Imitatif
6.
Rasa heran
E.
Perkembangkan Jiwa Keagamaan pada Remaja
a.
Perkembangan Rasa Agama
Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan
rohani dan jasmani nya.
b.
Pertumbuhan Pikiran dan
Mental
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa
kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka sifat kritis terhadap
ajaran agama mulai timbul selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada
masalah kebudaya, sosial, ekonomi dan
norma-norma kehidupan lainnya.
Sebaliknya agama yang ajarannya kurang konservatif dogmatis dan
agak liberal akan mudah merangsang perkembangan pikiran dan mental para remaja,
sehingga mereka banyak meninggalkan ajaran agamanya hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan pikiran dan mental remaja mempengaruhi sikap keagamaan mereka.
a.
Perkembangan perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja.perasaan
sosial, etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan yang
terbiasa dalam lingkungannya. kehidupan religius akan cenderung mendorong
dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. sebaliknya bagi remaja
yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah
didominasi dorongan seksual.
b.
Pertimbangan Sosial
Corak keagamaan pada remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan
sosial.dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan
moral dan materiil. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu. Karena
kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi, maka para remaja
lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialis.
c.
Perkembangan Moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan
usaha untuk mencari proteksi.tipe moral yang juga terlihat pada para remaja
juga mencakupi:
1)
Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan
pertimbangan pribadi.
2)
Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.
3)
Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan
agama.
4)
Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.
5)
Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral
masyarakat.
d.
Sikap dan Minat
e.
Ibadah
Dalam sebuah penelitian, hanya 17% mengatakan bahwa semua yang
bermanfaat untuk ke berkomunikasi dengan Tuhan sedangkan 26% diantaranya
menganggap bahwa sembahyang hanyalah merupakan media untuk bermeditasi.
F.
Konflik dan Keraguan
Dari analisis hasil penelitiannya W. Starbuck menemu kan penyebab
timbulnya keraguan itu antara lain adalah faktor:
1.
Kepribadian yang menyangkut salah Tafsir dan jenis kelamin.
2.
Kesalahan Organisasi Keagamaan dan Pemuka Agama
3.
Pernyataan Kebutuhan Manusia
4.
Kebiasaan
5.
Pendidikan
6.
Percampuran antara Agama dan Mistik
Selanjutnya, secara individu sering pula terjadi keraguan yang
disebabkan beberapa hal antara lain mengenai:
1.
Kepercayaan, menyangkut masalah ketuhanan dan implikasinya terutama
dalam agama Kristen status ketuhanan sebagai Trinitas.
2.
Tempat suci menyangkut masalah pemuliaan pengagungan tempa-tempat
suci agama.
3.
Alat perlengkapan keagamaan seperti fungsi Salib dan Rosario dalam
kristen.
4.
Fungsi dan tugas staf dalam lembaga keagamaan.
5.
Pemuka agama biarawan dan biarawati.
6.
Perbedaan aliran dalam keagamaan, sekte(dalam agama kristen), atau mazhab
(islam)
Konflik ada beberapa macam diantaranya:
1.
Konflik yang terjadi antara percaya dan ragu.
2.
Konflik yang terjadi antara pemilihan satu diantara dua macam agama
atau ide keagamaan serta lembaga keagamaan.
3.
Konflik yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan beragama atau
sekularisme.
4.
Konflik yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan
kehidupan keagamaan yang didasarkan atas pertunjukan Ilahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar