Minggu, 06 Oktober 2019

PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA ANAK DAN REMAJA


RESUME KELOMPOK 3
PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA ANAK DAN REMAJA
A.    Teori Tentang Sumber Kejiwaan Agama
1.    Teori Monistik (Mono = Satu)
Teori monistik berpendapat bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu adalah satu sumber kejiwaan. Selanjutnya sumber tunggal manakah yang dimaksud yang paling dominan sebagai sumber kejiwaan itu, timbul beberapa pendapat yang dikemukakan oleh:
a.    Thomas Van Aquino
Sesuai dengan masanya Thomas Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan  agama itu ialah berfikir.  Manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya.
b.    Fredrik Hegel
Hampir sama dengan pendapat Thomas Aquino maka filosof Jerman ini berpendapat bahwa agama adalah salah satu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi. Berdasarkan hal itu agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
c.    Frekdrick Schleimacher
Berlainan dengan pendapat kedua ahli diatas, F. Schleimacher berpendapat, bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak (sence of depend).Dengan adanya rasa ketergantungan yang mutlak ini manusia merasakan dirinya lemah.
d.   Rudolf Otto
Rudolf Otto berpendapat sumber kejiwaan adalah rasa kagum yang berada dari the wholly other (yang sama sekali lain). Jika seseorang dipengaruhi rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain di istilahkan R. Otto “Numinous sebagai sumber yang essesial.
e.    Sigmund Frend
Pendapat S. Frend sumber kejiwaan agama adalah libido sexuil (naluri seksual).Berdasarkan libido ini timbullah ide tenga ke-tuhanan dan upacara keagamaan setelah melalui proses:
1)        Oedipoes Comples: Mitos Yunani kuno yang mencerikan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunyam maka Oedipoes membunuh ayahnya.
2)        Father Image (Citra Bapak): setelah mereka membunuh ayah mereka dan dihantui rasa bersalah itu, timbullah rasa penyesalan, perasaan itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan yang mereka lakukan.
S. Frend bertambah yakin akan kebenaran pendapatnya itu berdasarkan kebencian setiap agama terhadap dosa. Dan dilingkungannya yang beragama Nasrani, Frend menyaksikan kata “Bapak” dalam untaian doa mereka.
f.     William Mac Dougall
Sebagai salah satu ahli spikologi instink, ia berpendapat bahwa memang isnting khusus sebagai sumber agama tidak ada. Ia berperndapat sumber kejiwaan agama merupakan kumpulan dari beberapa instink. Menurut Mac Dougall, pada diri manusia terdapat 14 macam instink. Maka agama timbul dari dorongan instink secara terintegrasi.
2.    Teori Fakulti (Faculty Theory)
Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak besumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang dianggap memegang peranan penting adalah: Fungsi Cipta (reason), Rasa (emotion), dan Karsa (Will).Demikian pula perbuatan manusia yang bersifat keagamaan di pengaruhi dan ditentukan oleh tiga fungsi tersebut:
a.         Cipta (Reason)
b.         Rasa (Emotion)
c.         Karsa (Will)
Ketiganya berfungsi antara lain:
1)        Cipta (Reason) berperan untuk menentukan benar atau tidak nya ajaran suatu agama bedrasarkan pertimbangan intelek sesorang.
2)        Rasa (emotion) menimbulkan sifat batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama.
3)        Karsa (will)menimbukan amalan- amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.
3.      Beberapa Pemuka Teori Fakulti
a.      G.M. Straton
b.      Zakiah Daradjat
c.       W.H Thomas
B.     Timbulnya Jiwa Keagamaan Pada Anak
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis, walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten, potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini.
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya maka seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya yaitu:
1.      Prinsip Biologis
2.      Prinsip Tanpa Daya
3.      Prinsip Eksplorasi
Menurut tinjauan pendapat pertama bayi dianggap sebagai manusia dipandang dari segi bentuk dan bukan kejiwaan, apabila bakat elementer bayi lambat bertumbuh dan matang maka agak sukarlah untuk melihat adanya keagamaan pada dirinya. Sedangkan pendapat yang kedua tanda-tanda keagamaan pada diri seorang anak akan tumbuh terjalin secara integral dengan perkembangan fungsi-fungsi kejiwaan lainnya.
Dari kedua pendapat diatas maka pertumbuhan agama pada anak itu antara lain:
1.      Rasa ketergantungan (sence of fepende)
2.      Insting Keagamaan
C.    Perkembangan Agama pada Anak-anak
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan anak-anak itu melalui bebrapa fase (tingkatan). Dalam bukunya The Thevelopment of religious on children ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan, yaitu:
1.    The fairy stage (tingkat dongeng)
2.    The Realistic Stage (tingkat kenyataan)
3.    The Individual Stage (tingkat individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yangh paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep ini terbagi tiga, yaitu:
a.       Konsep ke-Tuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengaruh luar.
b.      Konsep ke-Tuhanan yang murni yang dinyatakan dalam pandangan yang bersifat personal (perseorangan)
c.       Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama.
D.    Sifat-Sifat Agama pada Anak
Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada anak-anak. Berdasarkan hal itu maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi atas :
1.    Unreflective ( Tiak mendalam)
2.    Egosentris
3.    Anthromorphis
4.    Verbalis dan Ritualis
5.    Imitatif
6.    Rasa heran
E.     Perkembangkan Jiwa Keagamaan pada Remaja
a.       Perkembangan Rasa Agama
Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmani nya.
b.       Pertumbuhan Pikiran dan Mental
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudaya,  sosial, ekonomi dan norma-norma kehidupan lainnya.
Sebaliknya agama yang ajarannya kurang konservatif dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang perkembangan pikiran dan mental para remaja, sehingga mereka banyak meninggalkan ajaran agamanya hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pikiran dan mental remaja mempengaruhi sikap keagamaan mereka.
a.       Perkembangan perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja.perasaan sosial, etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. sebaliknya bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi dorongan seksual.
b.      Pertimbangan Sosial
Corak keagamaan pada remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial.dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan materiil. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialis.
c.        Perkembangan Moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi.tipe moral yang juga terlihat pada para remaja juga mencakupi:
1)      Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangan pribadi.
2)      Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.
3)      Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama.
4)      Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.
5)      Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.
d.      Sikap dan Minat
e.       Ibadah
Dalam sebuah penelitian, hanya 17% mengatakan bahwa semua yang bermanfaat untuk ke berkomunikasi dengan Tuhan sedangkan 26% diantaranya menganggap bahwa sembahyang hanyalah merupakan media untuk bermeditasi.
F.     Konflik dan Keraguan
Dari analisis hasil penelitiannya W. Starbuck menemu kan penyebab timbulnya keraguan itu antara lain adalah faktor:
1.    Kepribadian yang menyangkut salah Tafsir dan jenis kelamin.
2.    Kesalahan Organisasi Keagamaan dan Pemuka Agama
3.    Pernyataan Kebutuhan Manusia
4.    Kebiasaan
5.    Pendidikan
6.    Percampuran antara Agama dan Mistik
Selanjutnya, secara individu sering pula terjadi keraguan yang disebabkan beberapa hal antara lain mengenai:
1.    Kepercayaan, menyangkut masalah ketuhanan dan implikasinya terutama dalam agama Kristen status ketuhanan sebagai Trinitas.
2.    Tempat suci menyangkut masalah pemuliaan pengagungan tempa-tempat suci agama.
3.    Alat perlengkapan keagamaan seperti fungsi Salib dan Rosario dalam kristen.
4.    Fungsi dan tugas staf dalam lembaga keagamaan.
5.    Pemuka agama biarawan dan biarawati.
6.    Perbedaan aliran dalam keagamaan, sekte(dalam agama kristen), atau mazhab (islam)
Konflik ada beberapa macam diantaranya:
1.    Konflik yang terjadi antara percaya dan ragu.
2.    Konflik yang terjadi antara pemilihan satu diantara dua macam agama atau ide keagamaan serta lembaga keagamaan.
3.    Konflik yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan beragama atau sekularisme.
4.    Konflik yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan kehidupan keagamaan yang didasarkan atas pertunjukan Ilahi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar