RESUME KELOMPOK 18
METODE PEROLEHAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTAL
Dalam literatur yang berkembang, setidak-tidaknya terdapat beberapa
pola untuk mengungkapkan metode perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental dan
persepektif islam diantaranya : (1) Metode pengembangan jasmani dan rohani, (2)
Metode Iman, Islam dan Ihsan, (3) Metode takhalli, tahalli dan tajalli, (4)
Metode Murabathah, (5) Metode pengembangan nafsu.
A.
Metode Pengembangan Potensi
1.
Potensi Jasmani
Dalam
rangka memenuhi kebutuhan jasmaniah (potensi jasmani), islam memerintahkan
untuk makan, minum dan beberapa hal yang berkaitan dengan jasmani, secara cukup
dalam arti tidak berlebihan atau kurang dan sesuai dengan yang telah digariskan
oleh syari’at.
2.
Potensi Rohani
Sedangkan
untuk mengembangkan rohaniah, khususnya akidah (potensi akidah), pada
prinsipnya islam mengajarkan manusia menjauhi segenap dosa dan kemaksiatan agar
tidak mengotori akidah atau keimanannya. Sebab dosa-dosa yang dikerjakan
manusia akan menyebabkan terjadinya kegelisahan, kecemasan dan sebagainya. Yang
kesemuanya itu mngindikasikan kesehatan rohaniyah (akidahnya) terganggu.
Dengan
kata lain, manusia yang sehat dalam pandangan islam adalah manusia yang sanggup
mengembangkan dan memanfaatkan seluruh potensi secara optimal dengan beribadah
dalam arti sempiit dan arti luas. Selanjutnya manusia sehat ini akan
mendapatkan bahagiaan yang sejati, kebahagiaan yang didapat oleh manusia
melalui cara seperti ini sebagai indkator keesehatan mental.
B.
Metode Iman, Islam dan Ihsan
1.
Metode Iman
Seperti
telah kita ketahui kesehatan mental adalah berlandaskan kepada agama, yaitu
keimanan dan ketaqwaan. Hal ini dapat dimengerti sebagai indikator orang yang
memiliki kesehatan mental adalah orang-orang yang senantiasa melaksanakan
aktivitas-aktivitas keagamaan sesuai dengan iman yang melekat pada dirinya.
Sedangkan ketaqwaan merupakan kristalisasi iman seseorang. Atau dengan kata
lain iman sebagai kepercayaan sedangkan taqwa sebagai perwujudan dari iman
tersebut.
Keimanan
mempunyai pengaruh besar di diri manusia. Pengaruh itu terutama membuat manusia
percaya pada diri sendiri, meningkatkan kemampuannya untuk sabar dan kuat
menanggung derita kehidupan, membangkitkan rasa tenang dan tentram jiwa,
menimbulkan kedamaian hati dan memberi perasaan bahagia.
Iman
dan takwa memiliki hubungan yang erat dengan soal kejiwaan dan kesehatan mental
manusia. Iman dan takwa adalah jalan utama menuju kesehatan mental. Dari segi
kejiwaan sesungguhnya iman dan takwa dapat dijadikan landasan bagi pembinaan
mental spritual manusia. Oleh karena itu pantas pula iman dan takwa berfungsi
sebagai penyelamat hidup manusia baik didunia maupun akhirat. Bahkan allah
dengan tegas menjanjikan keberkatan dan keberuntungan berupa kebahagiaan
jasmani dan rohani, fisik dan mental kepada mukmin dan mutaqqi (QS Al-Araf :
96)
2.
Metode Islam
Seorang
yang mengaku islam berarti ia melaksanakan, tunduk dan patuh serta berserah
diri sepenuh hati terhadap hukum-hukum dan aturan –aturan Allah, yang dalam
hidupnya selalu berada dalam kondisi aman dan damai yang pada akhirnya dapat
mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat. Pengertian islam secara termonologi
adalah pengakuan dan berserah diri secara mutlak kepada zat yang maha benar,
yakni Allah. Pengakuan dan berserah diri itu diwujudkan dalam perilaku nyata,
baik perilaku rohani maupun jasmani, seperti shalat, zakat, puasa dan
menunaikan ibadah haji, serta ibadah lainnya.
Kepribadian
muslim menimbulakn lima karakter ideal, pertama karakter syahadatain, kedua
karakter mushalli, ketiga karakter muzakki, keempat karakter sha’im, kelima
karakter hajj.
3.
Metode Ihsan
Ihsan
secara bahasa berarti baik. Orang yang baik (muhsin) adalah orang yang
mengetahui akan hal-hal yang baik, mengaplikasikan dengan prosedur yang baik,
dan dilakukan dengan niatan yang baik. Orang yang berbuat baik berarti menempuh
jalan yang baik yang tidak mengandung resiko, sehingga hidupnya terhindar dari
permusuhan, pertikaian dan iri hati. Ihsan secara istilah sebagaimana yang
tergambar dalam hadis diatas, usaha untuk memperbaiki kualitas perilaku.
Kualitas itu dicapai melalui upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga
dalam gerak-gerik tingkah lakunya seakan-akan melihat Allah. Apabila ia tidak
mampu melihatnya maka sesungguhnya dia telah melihatnya.
C.
Metode Takhalli, Tahalli dan Tajalli
1.
Takhalli
Takhalli
pada umumnya diartikan sebagai membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dari
maksiat lahir dan maksiat batin. Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari
sifat ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Hal ini akan dapat
dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya
dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu jahat.
Pada
tahap takhalli ini, seorang berjuang keras untuk dapat mengosongkan jiwa mereka
dari segala sifat tercela yang dapat mendatangkan kegelisahan pada jiwanya.
Sifat-sifat tercela itu antara lain sebagai berikut: Hasad, hiqh, takabbur, nifaq,
kikir, su’al-dzann, riya’, ghadhab, ghibah, hub al-dunya, namimah .
2.
Tahalli
Tahalli
adalah mengisi jiwa dengan sifat-sifat terpuji. Metode jiwa seseorang telah
bersih dari sifat-sifat tercela, maksiat kemudian ia berusaha
bersungguh-sungguh untuk mengisi diri dengan tingkah laku yang baik, dan
terpuji. Setelah mengisinya dengan sifat yang terpuji ia akan merasa ketenangan
dan ketenraman.
Diantara
sifat-sifat yang baik dan terpuji antara lain: Taubat, zuhd, khauf, shabr,
syukur, ikhlas, tawakkal, ridha, zikr al-maut.
3.
Tajali
Setelah
melalui fase takhalli dan tahalli maka metode pembinaan mental itu
disempurnakan dengan fase tajali. Tajali adalah terungkapnya nur ghaib untuk
hati. Tajali merupakan lenyap atau hilangnya hijab dan sifat-sifat kebasyarikan
(kemanusiaan), lenyapnya segala yang lain ketika nampak wajah allah.
D.
Metode Murabathah
Murabathah
pada umumnya diartikan melakukan ketekunan. Kalau dihubungkan dengan ajaran
islam berarti tekun dalam melaksanakan perintah allah SWT.
Menurut
said hawwa melakukan metode murahatlah ada beberapa usaha yang harus dilakukan.
1.
Musyarathah
Musyarathah
yaitu memenuhi persyaratan agar seseorang ingin mencapai ketenangan jiwa dan
kesucian batin..
2.
Muroqobah
Muroqobah
berarti memonitor perilaku shari-hari.
3.
Muhasabah
Muhasabah
yaitu melakukan perhitungan pada diri sendiri sesudah beramal.
4.
Muaqobah
Mu’aqobah
berarti mnghajar diri karena kurang berhati-hati.
5.
Mujahadah
Mujahadah
berarti bersungguh-sungguh atau berjihad bagi orang-orang yang sudah
melaksnakan muhasbah, maka ia harus pula melaksanakan mujahadah, yaitu
bersungguh-sungguh dalam melaksankan perintah agama, dan menjauhi larangannya.
6.
Muatadah
Muatadah
berarti mencela keburukan yang dikerjakan dan menghukum dri sendiri.
E.
Metode Riyadah
Riyadhah
adalah suatu latihan yang dilaksanakan secara terus menerus dalam rangka
menekan daya nafsu. Menurut abdul mujib substansi manusia memiliki tiga daya
yaitu: (1) qalbu (fitrah ilahiyah), (2) akal (fitrah insaniyah) dan (3) nafsu
(fitrah hayawaniyah).
F. Metode pengendalian nafsu
1. Pengertian nafsu
Dalam
ensiklopedia al-qur’an yang disusun dawam raharjo terdapat dua kata yang
sama-sama diartikan nafsu. Pertama, adalah kata nafs, dan kedua adalah kata
hawa dan ahwa. Nafs memang berbeda dengan hawa yang mengandung pengertian hawa
nafsu, yaitu dorongan keinginan yang rendah atau primitif yang bersumber dari
naluri kebinatangan seseorang, sedangkan menurut hujawairi yang dikutip amir
hajar bahwa hawa nafsu merupakan sumber kejahatan dan sarang dari keburukan dan
akhlak yang tercela. Kata nafs bersifat netral yang bisa bersifat buruk dan
baik. Al- Qur’an menjelaskan bahwa nafsu berpotensi positif dan negatif namun
diperoleh isyarat bahwa pada hakikatnay potensi positif manusia lebih kuat dari
daya tarik kebaiakn. Karena itu manusia agar memelihara kesucian nafsu dan
tidak mengotorinya.
Firman Allah
SWT:
Artinya:
“sesungguhnya beruntunglah orang yang telah menyucikan jiwanya, dan merugilah
siapa yang mengotorinya. (QS. Al-Syams:9-10)
2. Pembagian nafsu
Sebelum
kita membicarakan nafsu perlu diperhataikan firman allah SWT sebagai berikut:
Artinya:
dan ada pun orang-orang yang takut kepada kebesaran tuhan-nya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.
(QS. Al-nazi’at: 40-79)
Dari ayat diatas
mengisyaratkan bahwa kualitas nafsunya, dan hawa nafsu seseorang itu berbeda
tergantung bagaimana ia bisa menjaga nafsunya dari bujukan setan. Adapun
kualitas nafsu tersebut secara eksplistif disebutkan dalam al-qur’an dengan
tiga macam yaitu: (1) nafs al-ammarah, (2) nafs al-lawwamah dan (3) nafs
al-mutmainnah
3. Karakteristik nafs al-muthmainnah
Bila dirujuk ayat-ayat
al-qur’an yang menjelaskan tentang nafs al-muthmainnah akan di tentukan
karakteristik nafs al-muthmainnah tersebut yaitu:
1)
Memiliki iman dan keyakinan yang mantap bahwa allah tuhan yang maha
esa.
2)
Memiliki rasa aman, terbebas dari semua rasa takut dan sedih.
3)
Memiliki tingkat keyakinan yang tinggi bahwa allah akan selalu
bersama dan memberikan pertolongan buat hamba-hamba.
4)
Memiliki pengetahuan untuk dapat menyaksikan dan membuktikan
kebenaran dan kekuasan allah.
5)
Selalu sabar dan ikhlas terhadap segala cobaan dari.
6)
Mau belajar dari sejarah agar.
7)
Memiliki rasa kasih dan sayang terhadap sesama manusia.
8)
Menafkahkan harta pada jalan yang diredhai allah.
Bahkan
ibnu qayyim membuat perbedaan yang tajam dan kontradiksi anatara nafs
al-muthmainnah dengan nafs al-ammarah. Nafs al-mutmainnah ke arah kesucian dan
ketenangan sedangkan nafs al-ammarah ke arah kekotoran dan kegelisahan.
4. Pengendalian nafsu
Pengendalian
nafsu adalah suatu usaha yang sungguh untuk mengendalikan nafs al-ammarah
menjadi nafs al-muthmainnah. Jalan yang harus dilalui untuk mencapai nafs
al-muthmainnah tersebut adalah sebagi berikut :
a.
Meningkatkan iman dan amal shaleh
b.
Meningkatkan ilmu dan ma’arifah
c.
Melakukan tobat dari dosa besar dan dosa kecil
d.
Memperbanyak mengingat allah (zikir allah)
e.
Meningkatkan qanaah terhadap rezeki yang diberi allah
f.
Melakukan amal zuhud terhadap hal yang bersifat materi dan
keduniawian
g.
Meningkatkan kesabaran dan segala cobaan dan penderitan
h.
Bertawakal kepada allah atas segala urusan
i.
Ridha terhadap segala ketentuan yang ditetapkan allah
j.
Syukur atas segala nikmat allah
k.
Mencintai allah melebihi dari segala-galanya
l.
Melaksanakan perintah allah dengan ikhlas
Jalan
yang harus dilakukan seperti disebutkan diatas tidak mudah akan tetapi melalui
proses dan perjalanan yang panjang dengan melakukan latihan (ridhah) dan dengan
penuh kesungguhan dan perjuangan (mujahadah).
Hubungan
nafsu mutmainnah dan kesehatan mental akan tampak dalam fungsinya sebagai
pengobatan, nafs al-muthmainnah dapat membentangi jiwa manusia dan pengaruh
hawa nafsu yang menyebabkan rusaknya mental seseorang, dan sebagai pembinaan.
Sebagai pengobatan, nafs al-mutmainnah dapat membentengi jiwa manusia dan
pengaruh hawa nafsu yang menyebabkan rusaknya mental seseorang, dan sebagai
pembinaan nafs al-muthmainnah dapat menjadikan mental seseorang, dan sebagai
pembinaan nafs al-mutmainnah dapat menjadiakan mental seseorang menjadi tenang
dan tentram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar