Minggu, 06 Oktober 2019

METODE PEROLEHAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTAL


RESUME KELOMPOK 18
METODE PEROLEHAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTAL
Dalam literatur yang berkembang, setidak-tidaknya terdapat beberapa pola untuk mengungkapkan metode perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental dan persepektif islam diantaranya : (1) Metode pengembangan jasmani dan rohani, (2) Metode Iman, Islam dan Ihsan, (3) Metode takhalli, tahalli dan tajalli, (4) Metode Murabathah, (5) Metode pengembangan nafsu.
A.      Metode Pengembangan Potensi
1.    Potensi Jasmani
Dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmaniah (potensi jasmani), islam memerintahkan untuk makan, minum dan beberapa hal yang berkaitan dengan jasmani, secara cukup dalam arti tidak berlebihan atau kurang dan sesuai dengan yang telah digariskan oleh syari’at.
2.    Potensi Rohani
Sedangkan untuk mengembangkan rohaniah, khususnya akidah (potensi akidah), pada prinsipnya islam mengajarkan manusia menjauhi segenap dosa dan kemaksiatan agar tidak mengotori akidah atau keimanannya. Sebab dosa-dosa yang dikerjakan manusia akan menyebabkan terjadinya kegelisahan, kecemasan dan sebagainya. Yang kesemuanya itu mngindikasikan kesehatan rohaniyah (akidahnya) terganggu.
Dengan kata lain, manusia yang sehat dalam pandangan islam adalah manusia yang sanggup mengembangkan dan memanfaatkan seluruh potensi secara optimal dengan beribadah dalam arti sempiit dan arti luas. Selanjutnya manusia sehat ini akan mendapatkan bahagiaan yang sejati, kebahagiaan yang didapat oleh manusia melalui cara seperti ini sebagai indkator keesehatan mental.
B.       Metode Iman, Islam dan Ihsan
1.    Metode Iman
Seperti telah kita ketahui kesehatan mental adalah berlandaskan kepada agama, yaitu keimanan dan ketaqwaan. Hal ini dapat dimengerti sebagai indikator orang yang memiliki kesehatan mental adalah orang-orang yang senantiasa melaksanakan aktivitas-aktivitas keagamaan sesuai dengan iman yang melekat pada dirinya. Sedangkan ketaqwaan merupakan kristalisasi iman seseorang. Atau dengan kata lain iman sebagai kepercayaan sedangkan taqwa sebagai perwujudan dari iman tersebut.
Keimanan mempunyai pengaruh besar di diri manusia. Pengaruh itu terutama membuat manusia percaya pada diri sendiri, meningkatkan kemampuannya untuk sabar dan kuat menanggung derita kehidupan, membangkitkan rasa tenang dan tentram jiwa, menimbulkan kedamaian hati dan memberi perasaan bahagia.
Iman dan takwa memiliki hubungan yang erat dengan soal kejiwaan dan kesehatan mental manusia. Iman dan takwa adalah jalan utama menuju kesehatan mental. Dari segi kejiwaan sesungguhnya iman dan takwa dapat dijadikan landasan bagi pembinaan mental spritual manusia. Oleh karena itu pantas pula iman dan takwa berfungsi sebagai penyelamat hidup manusia baik didunia maupun akhirat. Bahkan allah dengan tegas menjanjikan keberkatan dan keberuntungan berupa kebahagiaan jasmani dan rohani, fisik dan mental kepada mukmin dan mutaqqi (QS Al-Araf : 96)
2.    Metode Islam
Seorang yang mengaku islam berarti ia melaksanakan, tunduk dan patuh serta berserah diri sepenuh hati terhadap hukum-hukum dan aturan –aturan Allah, yang dalam hidupnya selalu berada dalam kondisi aman dan damai yang pada akhirnya dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat. Pengertian islam secara termonologi adalah pengakuan dan berserah diri secara mutlak kepada zat yang maha benar, yakni Allah. Pengakuan dan berserah diri itu diwujudkan dalam perilaku nyata, baik perilaku rohani maupun jasmani, seperti shalat, zakat, puasa dan menunaikan ibadah haji, serta ibadah lainnya.
Kepribadian muslim menimbulakn lima karakter ideal, pertama karakter syahadatain, kedua karakter mushalli, ketiga karakter muzakki, keempat karakter sha’im, kelima karakter hajj.
3.    Metode Ihsan
Ihsan secara bahasa berarti baik. Orang yang baik (muhsin) adalah orang yang mengetahui akan hal-hal yang baik, mengaplikasikan dengan prosedur yang baik, dan dilakukan dengan niatan yang baik. Orang yang berbuat baik berarti menempuh jalan yang baik yang tidak mengandung resiko, sehingga hidupnya terhindar dari permusuhan, pertikaian dan iri hati. Ihsan secara istilah sebagaimana yang tergambar dalam hadis diatas, usaha untuk memperbaiki kualitas perilaku. Kualitas itu dicapai melalui upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga dalam gerak-gerik tingkah lakunya seakan-akan melihat Allah. Apabila ia tidak mampu melihatnya maka sesungguhnya dia telah melihatnya. 
C.      Metode Takhalli, Tahalli dan Tajalli
1.    Takhalli
Takhalli pada umumnya diartikan sebagai membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dari maksiat lahir dan maksiat batin. Takhalli juga berarti mengosongkan diri dari sifat ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu jahat.
Pada tahap takhalli ini, seorang berjuang keras untuk dapat mengosongkan jiwa mereka dari segala sifat tercela yang dapat mendatangkan kegelisahan pada jiwanya. Sifat-sifat tercela itu antara lain sebagai berikut: Hasad, hiqh, takabbur, nifaq, kikir, su’al-dzann, riya’, ghadhab, ghibah, hub al-dunya, namimah .
2.      Tahalli
Tahalli adalah mengisi jiwa dengan sifat-sifat terpuji. Metode jiwa seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela, maksiat kemudian ia berusaha bersungguh-sungguh untuk mengisi diri dengan tingkah laku yang baik, dan terpuji. Setelah mengisinya dengan sifat yang terpuji ia akan merasa ketenangan dan ketenraman.
Diantara sifat-sifat yang baik dan terpuji antara lain: Taubat, zuhd, khauf, shabr, syukur, ikhlas, tawakkal, ridha, zikr al-maut.
3.      Tajali
Setelah melalui fase takhalli dan tahalli maka metode pembinaan mental itu disempurnakan dengan fase tajali. Tajali adalah terungkapnya nur ghaib untuk hati. Tajali merupakan lenyap atau hilangnya hijab dan sifat-sifat kebasyarikan (kemanusiaan), lenyapnya segala yang lain ketika nampak wajah allah.
D.      Metode Murabathah
Murabathah pada umumnya diartikan melakukan ketekunan. Kalau dihubungkan dengan ajaran islam berarti tekun dalam melaksanakan perintah allah SWT.
Menurut said hawwa melakukan metode murahatlah ada beberapa usaha yang harus dilakukan.
1.      Musyarathah
Musyarathah yaitu memenuhi persyaratan agar seseorang ingin mencapai ketenangan jiwa dan kesucian batin..
2.      Muroqobah
Muroqobah berarti memonitor perilaku shari-hari.
3.      Muhasabah
Muhasabah yaitu melakukan perhitungan pada diri sendiri sesudah beramal.
4.      Muaqobah
Mu’aqobah berarti mnghajar diri karena kurang berhati-hati.
5.      Mujahadah
Mujahadah berarti bersungguh-sungguh atau berjihad bagi orang-orang yang sudah melaksnakan muhasbah, maka ia harus pula melaksanakan mujahadah, yaitu bersungguh-sungguh dalam melaksankan perintah agama, dan menjauhi larangannya.
6.      Muatadah
Muatadah berarti mencela keburukan yang dikerjakan dan menghukum dri sendiri.
E.       Metode Riyadah
Riyadhah adalah suatu latihan yang dilaksanakan secara terus menerus dalam rangka menekan daya nafsu. Menurut abdul mujib substansi manusia memiliki tiga daya yaitu: (1) qalbu (fitrah ilahiyah), (2) akal (fitrah insaniyah) dan (3) nafsu (fitrah hayawaniyah).
F. Metode pengendalian nafsu
1.      Pengertian nafsu
Dalam ensiklopedia al-qur’an yang disusun dawam raharjo terdapat dua kata yang sama-sama diartikan nafsu. Pertama, adalah kata nafs, dan kedua adalah kata hawa dan ahwa. Nafs memang berbeda dengan hawa yang mengandung pengertian hawa nafsu, yaitu dorongan keinginan yang rendah atau primitif yang bersumber dari naluri kebinatangan seseorang, sedangkan menurut hujawairi yang dikutip amir hajar bahwa hawa nafsu merupakan sumber kejahatan dan sarang dari keburukan dan akhlak yang tercela. Kata nafs bersifat netral yang bisa bersifat buruk dan baik. Al- Qur’an menjelaskan bahwa nafsu berpotensi positif dan negatif namun diperoleh isyarat bahwa pada hakikatnay potensi positif manusia lebih kuat dari daya tarik kebaiakn. Karena itu manusia agar memelihara kesucian nafsu dan tidak mengotorinya.
Firman Allah SWT:
Artinya: “sesungguhnya beruntunglah orang yang telah menyucikan jiwanya, dan merugilah siapa yang mengotorinya. (QS. Al-Syams:9-10)
2.      Pembagian nafsu
Sebelum kita membicarakan nafsu perlu diperhataikan firman allah SWT sebagai berikut:
Artinya: dan ada pun orang-orang yang takut kepada kebesaran tuhan-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya. (QS. Al-nazi’at: 40-79)
       Dari ayat diatas mengisyaratkan bahwa kualitas nafsunya, dan hawa nafsu seseorang itu berbeda tergantung bagaimana ia bisa menjaga nafsunya dari bujukan setan. Adapun kualitas nafsu tersebut secara eksplistif disebutkan dalam al-qur’an dengan tiga macam yaitu: (1) nafs al-ammarah, (2) nafs al-lawwamah dan (3) nafs al-mutmainnah
3.      Karakteristik nafs al-muthmainnah
       Bila dirujuk ayat-ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang nafs al-muthmainnah akan di tentukan karakteristik nafs al-muthmainnah tersebut yaitu:
1)      Memiliki iman dan keyakinan yang mantap bahwa allah tuhan yang maha esa.
2)      Memiliki rasa aman, terbebas dari semua rasa takut dan sedih.
3)      Memiliki tingkat keyakinan yang tinggi bahwa allah akan selalu bersama dan memberikan pertolongan buat hamba-hamba.
4)      Memiliki pengetahuan untuk dapat menyaksikan dan membuktikan kebenaran dan kekuasan allah.
5)      Selalu sabar dan ikhlas terhadap segala cobaan dari.
6)      Mau belajar dari sejarah agar.
7)      Memiliki rasa kasih dan sayang terhadap sesama manusia.
8)      Menafkahkan harta pada jalan yang diredhai allah.
Bahkan ibnu qayyim membuat perbedaan yang tajam dan kontradiksi anatara nafs al-muthmainnah dengan nafs al-ammarah. Nafs al-mutmainnah ke arah kesucian dan ketenangan sedangkan nafs al-ammarah ke arah kekotoran dan kegelisahan.
4.      Pengendalian nafsu
Pengendalian nafsu adalah suatu usaha yang sungguh untuk mengendalikan nafs al-ammarah menjadi nafs al-muthmainnah. Jalan yang harus dilalui untuk mencapai nafs al-muthmainnah tersebut adalah sebagi berikut :
a.       Meningkatkan iman dan amal shaleh
b.      Meningkatkan ilmu dan ma’arifah
c.       Melakukan tobat dari dosa besar dan dosa kecil
d.      Memperbanyak mengingat allah (zikir allah)
e.       Meningkatkan qanaah terhadap rezeki yang diberi allah
f.       Melakukan amal zuhud terhadap hal yang bersifat materi dan keduniawian
g.      Meningkatkan kesabaran dan segala cobaan dan penderitan
h.      Bertawakal kepada allah atas segala urusan
i.        Ridha terhadap segala ketentuan yang ditetapkan allah
j.        Syukur atas segala nikmat allah
k.      Mencintai allah melebihi dari segala-galanya
l.        Melaksanakan perintah allah dengan ikhlas
Jalan yang harus dilakukan seperti disebutkan diatas tidak mudah akan tetapi melalui proses dan perjalanan yang panjang dengan melakukan latihan (ridhah) dan dengan penuh kesungguhan dan perjuangan (mujahadah).
Hubungan nafsu mutmainnah dan kesehatan mental akan tampak dalam fungsinya sebagai pengobatan, nafs al-muthmainnah dapat membentangi jiwa manusia dan pengaruh hawa nafsu yang menyebabkan rusaknya mental seseorang, dan sebagai pembinaan. Sebagai pengobatan, nafs al-mutmainnah dapat membentengi jiwa manusia dan pengaruh hawa nafsu yang menyebabkan rusaknya mental seseorang, dan sebagai pembinaan nafs al-muthmainnah dapat menjadikan mental seseorang, dan sebagai pembinaan nafs al-mutmainnah dapat menjadiakan mental seseorang menjadi tenang dan tentram




Tidak ada komentar:

Posting Komentar