Minggu, 06 Oktober 2019

MISTISME


RESUME KELOMPOK 20
MISTISME
A. Pengertian Mistisme
       Pengertian mistisme merupakan terminologi dari kaum Orientalis Barat yang dapat disamakan dengan pengertian Tasawuf dalam Islam.
       Tujuan dari mistisme adalah memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada, dihadirat Tuhan.
       Menurut Harun Nasution, intisari Mistisme, termasuk didalamnya sufisme, ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan mengasingkan diri dari berkontempalasi.
       Mistisme dijumpai dalam semua agama baik agama langit (teistik), seperti Islam, Yahudi, Nasrani maupun agama bumi (non teistik) seperti agama Budha, Shinto, dsb.
       Dalam psikologi agama mistisme tidak dilihat dari segi ajarannya akan tetapi dilihat dari segi pengaruh mistik tersebut dengan prilaku beragama para penganutnya. Itulah sebabnya mistisme termasuk salah satu aspek yang dikaji dalam psikologi agama.
B. Hal-Hal yang Termasuk Mistisme
1. Ilmu Gaib
      Yang dimaksud dengan ilmu gaib disini adalah cara-cara dan maksud menggunakan kekuatan-kekuatan yang diduga ada di alam gaib, yaitu yang tidak dapat diamati oleh rasio dan pengalaman fisik manusia.
        Kekuatan-kekuatan gaib ini dipercayai berada di tempat-tempat tertentu, pada benda-benda (pusaka) ataupun berada dan menjelma dalam tubuh manusia.
         Sejalan dengan kepercayaan tersebut timbullah fetisen, tempat keramat dan dukun sebagai wadah dari kekuatan gabib. Berdasarkan fungsinya kekuatan gaib itu dapat dibagi menjadi:
a.       Kekuatan gaib hitam (black-magic), untuk dan mempunyai pengaruh jahat.
b.      Kekuatan gaib merah (red-magic), untuk melumpuhkan kekuatan kemauan orang lain (hypnotisime).
c.       Kekuatan gaib kuning (yellow-magic), untuk praktek occultisme.
d.      Kekuatan gaib putih (white-magic) untuk kebaikan.
Dari uraian itu dapat diambil suatu kesimpulan, ilmu gaib memegang peranan dalam keperluan pribadi dan tidak mempunyai makna yang langsung bagi masyarakat umum.
2. Magis
           Magis ialah suatu tindakan dengan anggapan, bahwa kekuatan gaib bisa mempengaruhi duniawi secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan pengalaman. Orang mempercayai bahwa karenanya orang dapat mencapai suatu tujuan yang diingininya dengan tidak memperhatikan hubungan sebab akibat secara langsung antara perbuatan dengan hasil yang diingini.
                     Untuk menjelaskan hubungan antara usur-unsur kebatinan ini kita kaitkan magis ini dengan masalah lain yang erat hubungannya.
a.       Magic dan takhayul
b.      Magic dan Ilmu Gaib
c.       Magic dan Kultus
3. Para Psikologi
                 Menurut para psikologi, gejala jiwa manusia itu dapat dibagi atas:
a.         Gejala jiwa yang normal, yang terdapat pada orang yang normal.
b.        Gejala jiwa yang a-normal terdiri dari:
1)      Gejala jiwa supra-normal yang terdapat pada tokoh-tokoh pemimpin yang terkenal dan genius.
2)      Gejala jiwa paranormal, yang terdapat pada manusia normal dengan beberapa kelebihan yang menyebabkan ia mempunyai beberapa kemampuan berupa gejala-gejala yang terjadi tanpa melalui sebab akibat panca indera.
3)      Gejala jiwa abnormal, yaitu gejala jiwa yang menyimpang dan gejala ini biasa terjadi karena gangguan jiwa (neurose) dan sakit jiwa (psychose).
4. Kebatinan
a. Pengertian
          Kata “kebatinan” berasal dari bahasa arab yaitu bathin yang berarti perut sebelah dalam, tersembunyi rohani, azazi. Sedangkan lawan dari kata “bathin” adalah “zhahir” yang berarti punggung, sebelah luar, jasmani.
Untuk mendefinisikan “kebatinan” ini sangat sulit karena dalam ajaran kebatinan itu terdapat perbedaan-perbedaan yang kadang-kadang ajarannya itu hanya bersifat lokal raja. Dengan memperhatikan ajaran dan kebatinan itu penulis mencoba merumuskan suatu definisi kebatinan yaitu: “suatu paham atau aliran yang mengutamakan hidup kejiwan guna menemukan jalan menempatkan manusia pada tempat yang sewajarnya di tengah masyarakat dan mencari hubungan yang seakrab-akrabnya dengan Tuhan kalau perlu bersatu dengan Tuhan. Ilmu kebatinan pada umumnya bermaksud untuk menemukan jalan yang dapat menempatkan manusia pada tempat yang sewajarnya di tengah-tengah masyarakat didunia dan juga dalam hubungannya dengan tuhan. Selain itu dalam ilmu kebatinan pelaksanaan syarat-syarat ilmunya. Selain itu dalam ilmu kebatinan pelaksanaan syarat-syarat ilmu tergantung kepada masing-masing individu. Menurut pendapat djojodiguno, berdasarkan hasil penelitiannya di indonesia, aliran kebatinan (aliran kepercayaan) dapat dibedakan menjadi:
a.       Golongan yang hendak menggunakan kekuatan gaib untuk melayani berbagai keperluan manusia (Ilmu Gaib).
b.      Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan selama manusia itu masih hidup agar manusia itu dapat merasakan dan megetahui hidup di alam yang baka sebelum manusia itu mengalami inati.
c.       Golongan yang berniat mengenal tuhan, dan menembus dalam rahasia ketuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.
d.      Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia serta berusaha menciptakan masyarakat yang saling menghargai dan cinta mencintai dengan senantiasa mengindahkan perintah-perintah tuhan.
Dalam prakteknya maka golongan-golongan itu bercampur aduk satu sama lainnya sehingga sulit untuk memisahkannya.
b. Sebab-sebab lahirnya kebatinan
1. Menurut Selo Sumarjan dalam simposium “Mengamankan sila ketuhanan yang maha esa” tanggal 4 februari 1966 di jakarta. Dalam evolusi sistem-sistem kepercayaan diuraikan sebagai berikut:
       Manusia dan masyarakat hidup dalam dua ligkungan, yaitu lingkungan alam dan lingkungan masyarakat. Lingkungan alam meliputi: benda organisasi yang hidup di sekitar manusia, lingkungan masyarakat adalah masa manusia yang berada di sekitar diri ndividu.
Dalam kedua macam lingkungan ini manusia mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Bagi manusia yang kurang pengalaman dan pengetahuan terpaksa menyerah dalam menghadapi keadaan lingkungan ini. Didorong oleh keinginan untuk mempertahankan hidupnya maka timbul dari mereka untuk mencari jalan agar pengaruh alam itu tidak merugikan dan membinasakan mereka. Manusia menciptakan mantra-mantra yang di anggap sakti untuk menguasai, menangkal, dan membinasakan kekuatan gaib, perkembangan itu melibatkan masyarakat umum atau individu.
2. Menurut hamka, karena ada usaha-usaha dan segolongan orang-orang yang tak senang terhadap ajaran islam, mereka berusaha mengaburkan islam dengan cara menafsirkan sendiri.
3. Baroron Baried mengutip pendapat A Jhon dalam buku “Historians of South East Asia” oleh D.G.E Hall (editor) dengan judul muslim datang dari india selatan, yang membawanya adalah ahli sufi yang ikut serta dengan rombongan pedagang. Dalam tasawuf memang ada aliran batiniah yang merupakan cabang dari golongan syiah.
4. Menurut Soedjitosatrodiharjo, adalah karena “out of place” yang mengakibatkan frustrasi dalam situasi sosial yang melingkupi hidupnya, dia akan mencari sesuatu yang menentramka jiwanya.
5. Di samping itu ada para pakar yang berpendapat bahwa di antara sebab-sebab lahirnya aliran kebatinan karena:
a) Pengaruh kepercayaab agama hindu dan agama budha yang tak kunjung hilang dalam kehidupan masyarakat.
b) Pemimpin agama resmi kurang memperhatikan soal-soal batin dan tidak cakap mengumpulkan prinsip pokok bagi seorang manusia, bagaimana dia menentukan sikapnya dalam menghadapi berbagai kesulitan.
c) Ketakutan karena kehilangan kedudukan, bahaya hari depan kematian dan sebagainya.
 C. Sifat-sifat ajaran kebatinan
               Walaupun aliran kebatinan mempunyai berbagai aliran-aliran yang   banyak yang bentuk kepercayaanya berbeda- beda namun mempunyai kesamaan dalam sifatnya.diantara nya adalah:
1)      Bersifat batin, yaitu mengutamakan hidup kerohaian dari pada kebendaan karena sifat inilah jarang sekali ditemui dalam ajaran kebatinan bagaimana cara mengolah dunia yang serba aneka ragam macamnya ini.
2)      Mementingkan rasa, yaitu karena kebtinan kadang tidak bisa diterima oleh akal dan hanya bisa diterima oleh perasaan
3)      Bersifat asli, yaitu yang dapat dilihat dari segi bahasa, kepribadian, dan kebudayaan terutama yang asli dari jawa atau sunda.
4)      Hubungan erat antar warga, yaitu mereka tidak brsatu karena tidak tertulis dalam daftar anggota, melainkan satu paguyuban.
5)      Mengutamakan budi luhur, yaitu sebagai reaksi sebagai bentuk dekadensi dan kembali kepada kesusilaan asli
D. Pokok-pokok ajaran kebatinan
1)      Ajaran Tentang Tuhan
2)      Ajaran Tentang Manusia
Ajaran kebatinan berpendapat bahwa manusia terdiri atas tiga unsur yaitu: (1) badan kasar , (2) badan halus, (3) jiwa atau sukma
a)      Badan kasar atau tubuh panca indra adalah bentuk yang dapat diamati dengan panca indra, menurut aliran sapta darma badan kasar ini terdiri dari sari bumi sedangkan menurut summurah berasal dari substansi yang berasal dari empat unsur yaitu : air, api, angin, dan tanah
b)      Badan halus terdiri dari kelompok nafsu yaitu nafsu muthmainah, nafsu amarah, nafsu lawwamah, dan suufiah. Jiwa atau sukma atau batin yang menurut aliran summurah berasal dari roh suci atau allah,
3)      Ajaran Tentang Penciptaan Alam
4)      Ajaran Tentang Fana
5)      Ajaran tentang Ittihad
6)      Ajaran Tentang Tujuan hidup
E.     Aliran kebatinan dan Schizoprenia
Yang menggerakkan seseorang untuk memasuki aliran kebatinan ada berbagai motif kejiwaan yaitu: rasa ingin tahu, rasa tidak aman, kurang percaya diri pada aliran kebatinan. Akibat psikologis dari aliran kebatinan dapat berupa :
1.      Pemimpin terlalu terlibat secara emosional terhadap pengikutnya; jatuh cinta, free sex, dan lainnya
2.      Pemimpin cenderung membiarkan individu tergantung pada kharismanya yang mungkin mengarah kepada kultus individu
3.      Sering terjadi unsur eksploitasi dan pribadi yang megidap paranoida yang ingin menarik simpati
4.      Memungkinkan terjadinya depresi yang menjurus kearah pengorbanan diri dan keinginan bunuh diri ( suicide)
5.      Memnerikan kemungkinan penampungan kepada enderita schizoprenia dan para pemimpin biasanya tidak bisa memberikan psikoterapinya.
     Dalam aliran kebatinan dikenal satu cara meditasi yang mengarah ke  kehidupan mistik. Menurut Evelyn Underhill stadium meditasi itu umumnya adalah:
1)    Kebangunan diri pribadi ke arah realitas ketuhanan, pada stadium ini individu mengalami eksaltasi dengan kegembiraan yang terlampau
2)    Purgation yaitu suatu stadium kesediaan dan usaha, individu mulai menyadari kemuliaan dan keindahan tuhan.sehingga menimbulkan kessedihan dirinya, ia merasa dirinya yang lemah dan tak kuasa
3)    Ilumination yaitu stadium kegembiraan yang sebenarnya yang menjurus kesuatu perasaan seakan terlepas dari kehidupan alam fana dan timbul kesadaran akan kehadiran tuhan
4)    Purifikasi yaitu kesempurnaan pribadi yaitu individu menyadari antara kehadiran tuhan dengan menyatukan diri dengan tuhan, melaksanakan nya yaitu dengan cara penyatuan diri dengan tuhan secara sempurna maka ia mematikan dan menghilangkan naluri manusia.
5)    Persatuan dan kehidupan absolute yaitu pada stadium ini individu sudah merasakan dirinya bersatu dengan tuhan sehingga jiwanya telah memasuki alam yang tak terbatas dan abadi.
Jika dianalisis secara psikologi, secara berurutan stadium meditasi tersebut terlihat dari gejala gejala kejiwaan sebagai berikut.
a)      Respon terhadap dunia luar menyempit
b)      Timbulnya eksaltasi dan kesedihan yang mendalam
c)      Timbulnya gejala dissosiasi, halusinasi, dan waham
d)     Terdapat kebekuan dorongan berbuat, hilang kemampuan penerimaan rangsangan dan keinginan untuk menilai keadaan lingkungan.
Ditinjau dari gejala penderita schizoprenia, maka tampak hampir bersamaan penderita ini mengalami gejala-gejala:
a)      Kekaburan individualitas yang disebabkan oleh proses disintegrasi kepribadian. Penderita tak dapat membedakan antara ego dan dunia luar sehingga dalam penghayatan dirinya dari dunia luar menjadi satu
b)      Dengan adanya disintegrasi itu penderita memiliki predisposisi khusus yang cenderung untuk menafsirkan sesuatu yang kadang-kadang irrealistik dan melakukan tindakan yang asosial. Hal ini disebabkan oleh adanya kekacauan psikotik
c)      Timbulnya hallusinasi yang menyebabkan terjadinya anxiety yang hebat sehingga dapat menimbulkan frustasi dan panicreaktion serta perbuatan nekad.

PSIKOLOGI AGAMA DAN TASAWUF


RESUME KELOMPOK 19
PSIKOLOGI AGAMA DAN TASAWUF
A.    Pengertian Tasawuf
Istilah tasawuf secara harfiyah berasal dari sekian banyak kata, di antaranya ialah al-shuffah dalam istilah ahl al-shuffah, shaff (barisan dalam shalat) shuff  (suci, orang yang disucikan), sophos (istilah Yunani, artinya bijaksana), dan shuff (kain dan bulu yang dipakai kaum sufi). Dari kelima istilah tersebut bila diteliti ternyata semuanya menjelaskan mengenai kehidupan mental seseorang. Hal demikian dapat dijelaskan misalnya, kata al-shuffah. Kata itu tidak dimaksudkan untuk menerangkan hal yang bersifat materi, tetapi kata itu menekankan makna kejiwaan. Inti sikap orang yang penghuni al-shuffah adalah untuk memperoleh kesucian jiwa, bukan untuk memperoleh penderitaan kehidupan materi. Begitupula kata selainnya, orientasi yang dikandungnya ialah kejiwaan.
Mahmud aqil menghimpun beberapa rumusan mengenai hakekat tasawuf sebagai berikut:
1.      Tasawuf merupakan kehidupan spiritual (ruhiyat)
2.      Tasawuf ialah kajian tentang hakikat
3.      Tasawuf merupakan bentuk dari Ihsan, aspek ketiga setelah Islam dan iman.
4.      Tasawuf merupakan jiwa Islam.
Beberapa himpunan hakekat tasawuf itu secara keseluruhan menekankan pada kejiwaan, spiritual, dan kehidupan mental. Oleh karena itu decara singkat dapat dikatakan tasawuf merupakan persoalan penyucian diri.
Kesimpulan ini diambil dengan berpijak pada makna-makna yang terkandung dalam seluruh hakekat tasawuf diatas baik kata spiritual, hakekat, ihsan, maupun jiwa Islam semuanya mengacu pada bahasan mengenai aspek esoterik Islam. Ungkapan itu tampaknya di dkung oleh al-Hujwiri yang mengatakan, tasawuf berkaitan erat dengan usaha penyucian jiwa manusia. Dengan demikian, kaum sufi ialah mereka yang ruhnya terbebaskan dari pencemaran manusiawi, tersucikan dari noda jasmani, dan terlepas dari hawa nafsu, sehingga mereka dapat menemukan ketentraman dan kesenangan berada dalam hadirat Tuhan.
Pendapat di atas dapat diperkuat dengan melihat tujuan dan intisari tasawuf. Menurut Harun Nasution, tujuan tasawuf ialah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan. Sedangkan intisarinya, kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan. Dari tujuan dan inti sari tasawuf tersebut dapat ditemukan, ternyata tasawuf memang berisikan tentang keruhanian dan kehidupan spiritualitas. Kesadaran tentang kedekatan manusia dengan Tuhannya jelas hanya dapat dilakukan oleh manusia yang berhasil mensucikan jiwa. Ini sesuai dengan isi sabda Nabi, Tuhan itu baik Dia hanya menyukai hal-hal yang baik. Dia suci dan hanya menyukai yang suci, Dia mulia dan hanya suka pada orang-orang mulia, Dia pemurah dan hanya suka pada para dermawan.
Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW :
Sesungguhnya Allah Maha Baik, Dia menyukai yang baik, Dia Dzat Yang Maha Mulia, Dia menyukai yang mulia, Dia Dzat Yang Maha Dermawan, Dia menyukai yang dermawan.”
Selanjutnya bila tasawuf diangkat menjadi ilmu maka tasawuf mempunyai arti, studi tentang cara dan jalan seorang muslim untuk bertaqarrub kepada Tuhannya. Namun, pengertian tasawuf sebagai ilmu ini harus dibedakan dengan ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya. Bahkan perbedaan itu sangat bersifat esensial. Perbedaan itu terletak pada alat yang digunakan untuk menggalinya, yakni bukan fikiran rasional, melainkan perasaan (Al-Dzauq). Jadi pengkajian tasawuf tidak menggunakan akal, melainkan al-Qalb. Oleh karena itu, ketika ilmu tasawuf berbicara tentang term taqqarub, timbul perbedaan konsep diantara para sufi, sehingga timbulah teori-teori mengenai ma’rifat, ittihad, hulul, dan wahdat al-wujud.
Perbedaan bentuk kesadaran dan pengalaman tersebut menyebabkan terbelahnya tasawuf dalam dua kelompok, yaitu tasawuf akhlaki dan tasawuf falsafi. Sekalipun demikian keduanya sepakat bahwa untuk menuju ke hadirat-Nya, sufi harus melalui tangga-tangga spiritual yang disebut maqam (station). sekali lagi, karena berkaitan dengan pengalaman batin, maka rumusan mengenai maqam yang harus dilaluinya pun terjadi perbedaab diantara sufi.
Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan tasawuf, untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan sehingga disadari benar-benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan. Tasawuf ini hanya terdapat dalam aagama Islam saja. Berbeda dengan fiqh, tasawuf prinsip asasinya adalah bahwa tidak ada wujud hakiki kecuali Allah. Dengan demikian kalimat syahadat pertama Asyadu an la ilahha illa Allah (aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), berarti la maujud illa Allah (tidak ada wujud Tuhan selain dan berasal dari rohNya. Karena itu, ia ingin berhubungan dengan sumber aslinya. Perhubungan itu dapat mengambil bentuk al-ittihad (bersatu dengan Allah). Tasawuf atau sufisme adalah kegiatan yang lebih menitik beratkan pada aspek esoteris Islam. Ia berbeda sama sekali dengan orientasi fiqh dan syari’ah yang lebih mengarah kepada eksoteris.
B.     Dasar-dasar Tasawuf
Menurut Hamka bahwa tasawuf itu timbul dan bersebar dari ajaran Islam itu sendiri (Al-Qur’an, Hadist, perjalanan hidup Rasulullah dan para sahabat). Kalau ditelusuri ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW yang dapat dijadikan pegangan oleh sufi, maka tanpa adanya pengaruh dari luar, tasawuf bisa tumbuh dengan sendirinya karena dasarnya sudah ada dalam Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW.
Diantara ayat-ayat dan Hadist Rasulullah itu adalah:
1.      Firman Allah SWT
Artinya : Jika hambaku bertanya kepadamu tentang diriku, aku dekat, aku mengabulkan seruan orang yang memanggil jika aku dipanggil (Q.S Al-baaqarah: 186)
2.      Firman Allah SWT
Artinya: Timur dan barat adalah kepunyaan Allah kemana saja berpaling di situ ada wajah Allah. (Q.S Al-baqarah: 115)
3.      Firman Allah SWT
Artinya: maka apabila aku (Allah telah menyempurnakan kejadian-kejadiannya (manusia) dan telah meniupkan kedalamnya rohKu, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan bersujud (Q.S al-Hijr : 29)
4.    Sabda Nabi SAW
Artinya: orang yang mengetahui dirinya itulah orang yang mengetahui Tuhannya
Ayat-ayat dan Hadis tersebut yang membawa timbulnya ajaran tasawuf didalam Islam.
C.    Karakteristik Ajaran Tasawuf
Menurut Hamka karakteristik ajaran tasawuf sebagai berikut:
1.    Peningkatan moral.
2.    Pemenuhan (sirna) dalam realitas mutlak.
3.    Pengetahuan intuitif langsung.
4.    Ketentraman atau kebahagiaan.
5.    Penggunaan simbol dalam ungkapan-ungkapan. Pertama, pengertian yang ditimba dan harfiah kata-kata. Kedua, pengertian yang ditimba dari analisis.
D.    Pokok-pokok Ajaran Tasawuf
1.    Taqarub Illa Allah
Telah dimaklumi bahwa tujuan seorang sufi adalah mendekatkan (taqarrub) sedekat mungkin dengan Tuhan, sehingga ia dapat melihat Tuhan dengan mata hati.
Filsafat yang menjadi dasar tentang ini adalah:
a.       Tuhan bersifat rohani, maka bahagian yang dapat mendekatkan diri denganNya adalah roh manusia bukan jasadnya.
b.      Tuhan adalah Maha Suci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk mendekati-Nya adaalah roh yang suci.
Persucian roh dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1.      Memperbanyak beribadah kepada Allah, dan
2.      Menghilangkan ketergantungan kepada dunia dan materi. Atas dasar itulah, maka sufisme dapat dikatakan suatu ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui persucian roh.
E.Jalan untuk Mendekatkan Diri Kepada Allah
Dalam ajaran tasawuf seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah, bahkan sedekat mungkin, bukanlah dengan mudah begitu saja, akan tetapi ai harus menempuh jalan tertentu yang sulit dan panjang. Jalan ini disebut dengan maqamat (jamak dari maqam) atau station. yang dimaksud dengan maqam, adalah disiplin kerohanian yang ditunjukan orang sufi berupa pengalaman-pengalaman yang dirasakan dan diperolehnya melalui usaha-usaha tertentu.
Tujuan hidup manusia menurut ajaran tasawuf adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan ma’rifah Allah yang sempurna. Untuk mencapai yang demikian mereka harus memerangi hawa nafsu dan meninggalkan keduniawian sekalipun halal, untuk ini mereka harus melalui beberapa tingkatan (maqamat) diantaranya maqamat yang akan dilalui adalah:
1.      Taubat, Taubat bagi sufi ialah taubat yang tidak akan membawa kepada dosa lagi sehingga mereka lupa segala-galanya kecuali Allah.
2.      Wara, Meninggalkan segala sesuatu yang diragukan tentang kehalalalnya.
3.      Zuhd, Meninggalkan dunia dari hidup kematerian.
4.      Al-faqr, Merasa tidak memiliki sesuatu, karena apapun yang dimiliki seseorang tidak lain adalah milik Allah SWT semata.
5.      Sabr, Sabar dalam menjalankan perintah Allah dalam menjauhi larangan-Nya dan dalam menerima segala cobaan.
6.      Tawakkal, yaitu menyerah kepada qadha dan putusan dari Allah.
7.      Ridha, menerima ketentuan Tuhan dengan hati senang.
Dengan melalui maqamat tersebut maka para sufi dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. Dan sekaligus maqamat itu merupakan latihan dalam mengekang hawa nafsu dan memalingkannya dari hal keduniawian. Apabila seorang sufi dapat melalui maqamat degan sempurna maka ia berada di sisi Allah, bahkan dapat bersatu (ittihad) dengan Allah. Pada saat itulah sufi merasakan kebahagiaan dan ketentraman yang tiada taranya.