Minggu, 06 Oktober 2019

KEPRIBADIAN DALAM PRESPEKTIF ISLAM


RESUME KELOMPOK 7
KEPRIBADIAN DALAM PRESPEKTIF ISLAM

A.    Nafs (Jiwa) Menurut Konsep Al-Quran
1.    Pengertian jiwa
Dalam filsafat, pengertian jiwa dilklasifikasikan dengan bermacam-macam makna, antara lain:
a)    Jiwa merupakan substansi yang berjenis khusus, yang dilawankan dengan substansi materi, sehingga manusia dipandang memiliki jiwa dan raga.
b)      Jiwa merupakan suatu jenis kemampuan, yakni se-macam pelaku atau pengaruh dalam berbagai kegiatan.
c)      Jiwa adalah sebagai jenis proses yang tampak pada organisme-organisme hidup.
d)     Ada yang menyamakan pengertian jiwa dengan pengertian tingkah laku.
(Louis, 1986: 301).
Dalam konteks psikologi, jiwa lebih dihubungkan dengan tingkah laku, sehingga yang dimaksud ilmu Jiwa adalah ilmu tentang tingkah laku. Karena suatu ilmu itu harus logis dan empiris, sedangkan jiwa itu sendiri tidak dapat diselidiki secara empiris maka dari itu yang diselidiki dalam psikologi adalah perbuatan-perbuatan yang dipandang sebagai gejala-gejala dari jiwa,atau tingkah laku manusia itu telah menggambarkan sisi kejiwaannya.
Berikut ini akan kami ambil beberapa ayat saja dari al-Quran yang menggambarkan tentang pengertian jiwa, antara lain yaitu: QS. Az  Zumar: 42
 “Allah memegang  jiwa (orang) ketika matinya dun (memegang)  jiwa  (orang)   yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang)  yang telah Dia tetapkan, kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.  Sesungguhnya  pada yang demikian itu terdapat landa-tanda   kekuasaan   Allah bagi kaum yang barfikir” (QS. Az  Zumar: 42)
Dari berbagai  penjelasan tentang jiwa di atas, maka bisa kita ambil  sebuah kesimpulan umum bahwa yang dinamakan jiwa adalah “sosok" non fisik yang berfungsi dan bersemayam di dalam tubuh seorang manusia.Ia bertanggung jawab terhadap seluruh perbuatan kemanusiaannya. Eksistensi jiwa terbentuk ketika ia bergabung dengan fisiknya. Dan kemudian “tidak berfungsi” ketika terpisah dari badannya.
2.        Perbedaan Jiwa dan  Ruh
Nafs dalam khazanah Islam memiliki banyak pengertian. Nafs dapat berarti jiwa (soul), nyawa, ruh, konasi yang berdaya syahwat dan ghadhab, kepribadian, dan substansi psikofisik manusia (Mubarak: 2000). Pada substansi nafs ini komponen jasad dan ruh bergabung. Nafs  memiliki  natur gabungan antara  natur jasad dan  ruh. Semua potensi   yang  terdapat  pada nafs  bersifat potensial,  tetapi dapat actual jika manusia mengupayakan, dan aktualisasi nafs  membentuk kepribadian, yang perkembangannyam dipengaruhi oleh factor internal  dan  eksternal.
Adapun ruh merupakan substansi psikis manusia yang menjadi esensi kehidupannya. Sebagian ahli menyebut ruh sebagai badan halus (jism  lathif). Ruh adalah substansi yang memiliki natur tersendiri (Mustofa:  2005). Menurut  Ibnu Sina, ruh adalah kesempurnaan awal jisim alami  manusia yang  tinggi yang memiliki kehidupan dengan daya.
Adapun  pada sisi yang lain untuk mengetahui  perbedaan  substansi jasmani (badan), ruhani (ruh), dan nafsani (jiwa) dapat dilihat pada table  berikut: (Mujib, 2002: 47)
no
Substansi Ruh
Substansi   Jasad
Substansi   Nafs
1
Adanya dialam Arwah (imateri) atau Alam perintah (amr)
Adanya dialam dunia /jasadi (imateri) atau Alam penciptaan (khalq)
Adanya dialam jasadi dan ruhani
2
Tercipta secara langsung dari Allah tanpa proses garduasi
Tercipta secara bertahap atau proses garduasi
Terkadang tercipta secara bertahap atau berproses atau terkadang tidak
3
Tidak memiliki bentuk, rupa, kadar, dan tidak dapat disifati
memiliki bentuk, rupa, kadar, dan dapat disifati
Antara berbentuk atau tidak, berkadar atau tidak, dan dapat disifati atau tidak
4
Naturnya halus dan suci (cendrung berislam atau bertauhid) dan mengejar kenikmatan ruhaniah
Natur buruk kasar, bahkan menejar kenikmatan syahwati
Naturnya anatara baik-buruk, halus-kasar, dan mengejar kenikmatan ruhani dan syahwati
5
Memiliki energy ruhaniah yang disebut dengan        Al- Amanah
Memiliki energy  jasmaniah yang disebut dengan Al-Hayah
Memiliki energi ruhaniah -jasmaniah
6
Eksistensinya memotivasi kehidupan dunia
Eksistensinya menjadi wadah ruh
Eksistensinya aktualisasi atau realisasi diri
7
Tidak terikat oleh ruang dan waktu
Terikat oleh ruang dan waktu
Anatara terikat dantidak terikat ruang dan waktu
8
Dapat menangkap bentuk yang kongkrit dan abastrak
Hanya manangkap satu bentuk kongkrit dan tidak mampu menangkap yang abstrak
Dapat menangkap antara yang kongkrit dan abstrak, satu bentuk datau bebrapa bentuk
9
Subtansi abadi tanpa ada kematian
Subtansi tempore dan hancur stelah kematian
Subtansi antara abadi dan temporer
10
Tidak dapat dibagi-bagi karena satu kutuhan
Dapat dibagi-bagi dengan bebrapa komponen
Antar dapat dibagi atau tidak

B.     Menuju Kepribadian Muslim
1.    Makna Kepribadian
a)      Menurut pengertian sehari-hari
Kepribadian (personality) adalah suatu istilah Yang mengacu pada gambaran-gambaran social tertentu yang diterima oleh individu dari kelompoknya atau masyarakatnya, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan  ata sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu. Di sini menunjuk  pada bagai mana individu tampil atau menimbulkan kesan bagi individu-individu lainya.
b)      Menurut Psikologi
George Kelly (2005), menyatakan bahwa kepribadian Sebagai cara yang unik  dari  individu  dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
c)      Gordon Allport  (2005), Menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu organisasi  yang dinamis dari  sistem psikofisik individu manusia yang menentukan tingkah laku  dan pemikiran individu secara khas.
d)     Sigmund Freud (2005), menurutnya kepribadian merupakan suatu struktur yang terdiri dari tiga system, yakni id, ego, dan super-ego, sedangkan tingkah laku tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga unsur dalam sistem kepribadian tersebut.
e)      Browner (2005), di sini kepribadian diartikan sebagai corak tingkah laku sosial, corak ketakutan, dorongan dan keinginan, corak gerak-gerik,  opini dan sikap.
Kepribadian dalam studi keislaman lebih dikenal dengan istilah Syakhshiyah yang berasal dari kata syakhshun yang berarti pribadi. Kata ini kemudian diberi ya’ nisbat sehingga menjadi kata benda buatan syakhshiyat yang berarti kepribadian (Syamsu,2007: 212). Sedangkan Abdul Mujib (1999:133) menjelaskan bahwa kepribadian adalah integrasi  system kalbu, akal, dan  nafsu  manusia yang menimbulkan tingkah laku.
2.        Tipe Kepribadian
Dalam Al-Quran tip kepribadian manusia itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: mukmin (orang yang beriman) kafir (orang yang menolak kebenaran), dan munafik (orang yang meragukan kebenaran) (Syamsu, 2007: 215-217)
Pada sisi yang lain menurut Paul Gunadi (2005) dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya tipe kepribadian digolongkan menjadi lima macam yang antara lain yaitu:
1. Tipe  Sanguin
ciri: memiliki banyak kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah hidup, dapat membuat Iingkungannya gembira dan senang.   
2. Tipe  Flegmatik
Ciri: cenderung  tenang, gejolak emosinya tidak tampak (misalnya dalam  kondisi sedih atau senang), sehingga turun naik emosinya tidak terlihat dengan jelas.
3. Tipe Melankolik
Ciri: terobsesi dengan karyanya yang paling bagus atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya sangat kuat, dan sangat sensitif.
4. Tipe Kolerik
Ciri: cenderung berorientasi pada pekerjaan dan tugas, mempunyai  disiplin  kerja  yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung  jawab atas tugas  yang  diembannya.
5. Tipe Asertif
Ciri: mampu menyatakan pendapat, ide, dan gagasannya secara tegas, kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti  perasaan orang lain.
C.    Dinamika Perkembangan Kepribadian Muslim
Sebenamya pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mengembangkan kepribadian anak. (Jalaludin: 2003) Melalui pendidikan, anak dapat mengenal berbagai aspek kehidupan dan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku  dalam masyarakat. Dalam agama Islam sendiri pendidikan pada hakikatnya diarahkan untuk membentuk manusia yang seutuhnya, yakni manusia yang sehat jasmaninya mempunyai keterampilan atau skill, akalnya cerdas, mempunyai  pengetahuan atau ilmu dan menerapkannya dalam kehidupan serta manusia yang berkualitas ruhaninya, yakni manusia yang mempunyai keimanan yang mantap kepada Tuhan  dan mampu  mengaplikasikan dalam kehidupan keseharian dalam bentuk akhlakul karimah (budi pekerti yang mulia).
Selain prinsip-prinsip tersebut di atas dalam proses pelatihan ini, perlu dipahami benar pendekatan, metode dan teknik pengembangan pribadi yang disebut "Panca Cara Pengembangan Pribadi" yaitu:
1)             Pemahaman diri
2)             Bertindak  positif
3)             Pengakraban  hubungan
4)             Pendalaman  dan penerapan Tri Nilai
a.       Nilai kreatif (kerja, karya)
b.      Nilai penghayatan (kebenaran, keindahan,  kasih, imam)
c.       Nilai bersikap (menerima dan mengambil sikap yang tepat terhadap derita yang tak dapat dihindari Iagi).
5)             Ibadah

Referensi
Noer Rohmah, M.Pd.I, Pengantar Psikologi Agama, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), hal. 305-341



Tidak ada komentar:

Posting Komentar