RESUME
KELOMPOK 7
KEPRIBADIAN
DALAM PRESPEKTIF ISLAM
A.
Nafs (Jiwa) Menurut Konsep Al-Quran
1.
Pengertian jiwa
Dalam filsafat, pengertian jiwa dilklasifikasikan
dengan bermacam-macam makna, antara lain:
a) Jiwa merupakan substansi yang berjenis khusus, yang dilawankan dengan
substansi materi, sehingga manusia dipandang memiliki jiwa dan raga.
b) Jiwa merupakan suatu jenis kemampuan, yakni se-macam pelaku atau pengaruh
dalam berbagai kegiatan.
c) Jiwa adalah sebagai jenis proses yang tampak pada organisme-organisme
hidup.
d) Ada yang menyamakan pengertian jiwa dengan pengertian tingkah laku.
(Louis, 1986: 301).
Dalam konteks psikologi, jiwa lebih dihubungkan
dengan tingkah laku, sehingga yang dimaksud ilmu Jiwa adalah ilmu tentang
tingkah laku. Karena suatu ilmu itu harus logis dan empiris, sedangkan jiwa itu
sendiri tidak dapat diselidiki secara empiris maka dari itu yang diselidiki
dalam psikologi adalah perbuatan-perbuatan yang dipandang sebagai gejala-gejala
dari jiwa,atau tingkah laku manusia itu telah menggambarkan sisi kejiwaannya.
Berikut ini akan kami ambil beberapa ayat saja dari
al-Quran yang menggambarkan tentang pengertian jiwa, antara lain yaitu: QS.
Az Zumar: 42
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dun (memegang) jiwa
(orang) yang belum mati di waktu
tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang)
yang telah Dia tetapkan, kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain
sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat landa-tanda kekuasaan
Allah bagi kaum yang barfikir” (QS. Az
Zumar: 42)
Dari berbagai
penjelasan tentang jiwa di atas, maka bisa kita ambil sebuah kesimpulan umum bahwa yang dinamakan
jiwa adalah “sosok" non fisik yang berfungsi dan bersemayam di dalam tubuh
seorang manusia.Ia bertanggung jawab terhadap seluruh perbuatan kemanusiaannya.
Eksistensi jiwa terbentuk ketika ia bergabung dengan fisiknya. Dan kemudian
“tidak berfungsi” ketika terpisah dari badannya.
2.
Perbedaan Jiwa dan Ruh
Nafs dalam khazanah Islam memiliki banyak
pengertian. Nafs dapat berarti jiwa (soul),
nyawa, ruh, konasi yang berdaya syahwat dan ghadhab, kepribadian, dan substansi
psikofisik manusia (Mubarak: 2000). Pada substansi nafs ini komponen jasad dan
ruh bergabung. Nafs memiliki natur gabungan antara natur jasad dan ruh. Semua potensi yang
terdapat pada nafs bersifat potensial, tetapi dapat actual jika manusia
mengupayakan, dan aktualisasi nafs
membentuk kepribadian, yang perkembangannyam dipengaruhi oleh factor
internal dan eksternal.
Adapun ruh merupakan substansi psikis manusia yang
menjadi esensi kehidupannya. Sebagian ahli menyebut ruh sebagai badan halus
(jism lathif). Ruh adalah substansi yang
memiliki natur tersendiri (Mustofa: 2005).
Menurut Ibnu Sina, ruh adalah
kesempurnaan awal jisim alami manusia
yang tinggi yang memiliki kehidupan
dengan daya.
Adapun pada
sisi yang lain untuk mengetahui
perbedaan substansi jasmani
(badan), ruhani (ruh), dan nafsani (jiwa) dapat dilihat pada table berikut: (Mujib, 2002: 47)
no
|
Substansi Ruh
|
Substansi Jasad
|
Substansi Nafs
|
1
|
Adanya dialam Arwah (imateri) atau Alam
perintah (amr)
|
Adanya dialam dunia /jasadi (imateri)
atau Alam penciptaan (khalq)
|
Adanya dialam jasadi dan ruhani
|
2
|
Tercipta secara langsung dari Allah
tanpa proses garduasi
|
Tercipta secara bertahap atau proses
garduasi
|
Terkadang tercipta secara bertahap atau
berproses atau terkadang tidak
|
3
|
Tidak memiliki bentuk, rupa, kadar, dan
tidak dapat disifati
|
memiliki bentuk, rupa, kadar, dan dapat
disifati
|
Antara berbentuk atau tidak, berkadar
atau tidak, dan dapat disifati atau tidak
|
4
|
Naturnya halus dan suci (cendrung
berislam atau bertauhid) dan mengejar kenikmatan ruhaniah
|
Natur buruk kasar, bahkan menejar
kenikmatan syahwati
|
Naturnya anatara baik-buruk,
halus-kasar, dan mengejar kenikmatan ruhani dan syahwati
|
5
|
Memiliki energy ruhaniah yang disebut
dengan Al- Amanah
|
Memiliki energy jasmaniah yang disebut dengan Al-Hayah
|
Memiliki energi ruhaniah -jasmaniah
|
6
|
Eksistensinya memotivasi kehidupan
dunia
|
Eksistensinya menjadi wadah ruh
|
Eksistensinya aktualisasi atau
realisasi diri
|
7
|
Tidak terikat oleh ruang dan waktu
|
Terikat oleh ruang dan waktu
|
Anatara terikat dantidak terikat ruang
dan waktu
|
8
|
Dapat menangkap bentuk yang kongkrit
dan abastrak
|
Hanya manangkap satu bentuk kongkrit
dan tidak mampu menangkap yang abstrak
|
Dapat menangkap antara yang kongkrit
dan abstrak, satu bentuk datau bebrapa bentuk
|
9
|
Subtansi abadi tanpa ada kematian
|
Subtansi tempore dan hancur stelah
kematian
|
Subtansi antara abadi dan temporer
|
10
|
Tidak dapat dibagi-bagi karena satu
kutuhan
|
Dapat dibagi-bagi dengan bebrapa
komponen
|
Antar dapat dibagi atau tidak
|
B.
Menuju Kepribadian Muslim
1.
Makna Kepribadian
a) Menurut pengertian sehari-hari
Kepribadian (personality) adalah suatu
istilah Yang mengacu pada gambaran-gambaran social tertentu yang diterima oleh
individu dari kelompoknya atau masyarakatnya, kemudian individu tersebut
diharapkan bertingkah laku berdasarkan
ata sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu. Di sini
menunjuk pada bagai mana individu tampil
atau menimbulkan kesan bagi individu-individu lainya.
b) Menurut Psikologi
George Kelly (2005), menyatakan bahwa
kepribadian Sebagai cara yang unik
dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman
hidupnya.
c) Gordon Allport (2005), Menyatakan
bahwa kepribadian merupakan suatu organisasi
yang dinamis dari sistem
psikofisik individu manusia yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas.
d) Sigmund Freud (2005), menurutnya kepribadian merupakan suatu struktur
yang terdiri dari tiga system, yakni id, ego, dan super-ego, sedangkan tingkah laku
tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga unsur dalam sistem
kepribadian tersebut.
e) Browner (2005), di sini kepribadian diartikan sebagai corak tingkah laku
sosial, corak ketakutan, dorongan dan keinginan, corak gerak-gerik, opini dan sikap.
Kepribadian dalam studi keislaman lebih dikenal
dengan istilah Syakhshiyah yang
berasal dari kata syakhshun yang
berarti pribadi. Kata ini kemudian diberi ya’ nisbat sehingga menjadi kata
benda buatan syakhshiyat yang berarti
kepribadian (Syamsu,2007: 212). Sedangkan Abdul Mujib (1999:133) menjelaskan
bahwa kepribadian adalah integrasi
system kalbu, akal, dan
nafsu manusia yang menimbulkan
tingkah laku.
2.
Tipe Kepribadian
Dalam Al-Quran tip kepribadian manusia itu dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: mukmin (orang yang beriman) kafir
(orang yang menolak kebenaran), dan munafik (orang yang meragukan kebenaran) (Syamsu,
2007: 215-217)
Pada sisi yang lain menurut Paul Gunadi (2005) dalam
kehidupan sehari-hari pada umumnya tipe kepribadian digolongkan menjadi lima
macam yang antara lain yaitu:
1. Tipe Sanguin
ciri: memiliki banyak kekuatan,
bersemangat, mempunyai gairah hidup, dapat membuat Iingkungannya gembira dan
senang.
2. Tipe
Flegmatik
Ciri: cenderung tenang, gejolak emosinya tidak tampak
(misalnya dalam kondisi sedih atau
senang), sehingga turun naik emosinya tidak terlihat dengan jelas.
3. Tipe Melankolik
Ciri: terobsesi dengan karyanya yang
paling bagus atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup,
perasaannya sangat kuat, dan sangat sensitif.
4. Tipe Kolerik
Ciri: cenderung berorientasi pada
pekerjaan dan tugas, mempunyai
disiplin kerja yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas
dengan setia dan bertanggung jawab atas
tugas yang diembannya.
5. Tipe Asertif
Ciri: mampu menyatakan pendapat, ide, dan
gagasannya secara tegas, kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak
menyakiti perasaan orang lain.
C.
Dinamika Perkembangan Kepribadian
Muslim
Sebenamya pendidikan mempunyai peranan
yang sangat strategis dalam mengembangkan kepribadian anak. (Jalaludin: 2003)
Melalui pendidikan, anak dapat mengenal berbagai aspek kehidupan dan
nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat. Dalam agama Islam sendiri pendidikan pada hakikatnya
diarahkan untuk membentuk manusia yang seutuhnya, yakni manusia yang sehat jasmaninya
mempunyai keterampilan atau skill, akalnya cerdas, mempunyai pengetahuan atau ilmu dan menerapkannya dalam
kehidupan serta manusia yang berkualitas ruhaninya, yakni manusia yang
mempunyai keimanan yang mantap kepada Tuhan
dan mampu mengaplikasikan dalam
kehidupan keseharian dalam bentuk akhlakul karimah (budi pekerti yang mulia).
Selain prinsip-prinsip tersebut di atas dalam
proses pelatihan ini, perlu dipahami benar pendekatan, metode dan teknik
pengembangan pribadi yang disebut "Panca Cara Pengembangan Pribadi"
yaitu:
1)
Pemahaman diri
2)
Bertindak
positif
3)
Pengakraban hubungan
4)
Pendalaman dan penerapan Tri Nilai
a. Nilai kreatif (kerja, karya)
b. Nilai penghayatan (kebenaran, keindahan,
kasih, imam)
c. Nilai bersikap (menerima dan mengambil sikap yang tepat terhadap derita
yang tak dapat dihindari Iagi).
5)
Ibadah
Referensi
Noer Rohmah, M.Pd.I, Pengantar
Psikologi Agama, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017), hal. 305-341
Tidak ada komentar:
Posting Komentar