RESUME
KELOMPOK 5
KRITERIA
ORANG YANG MATANG BERAGAMA
Manusia
mengalami dua macam perkembangan, yaitu perkembangan jasmanai dan perkembangan
rohani. Perkembangan jasmani diukur dari umur kronologis. Puncak perkembangan
jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan. Sebaliknya, perkembangan
rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas). Pencapaian tingkat abilitas tertentu bagi perkembangan
rohani disebut istilah kematangan (maturity).
Keterlambatan
pencapaian kematangan rohani ini menurut ahli psikologi pendidikan sebagai
keterlambatan dalam perkembangan kepribadian. Faktor-faktor ini menurut Dr.
Singgih D. Gunarsa dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 1) faktor yang
terdapat pada diri anak; 2)faktor yang berasal dari lingkungan (Singgih D.
Gunarsa, 198:187).
Adapun
faktor intern anak itu yang dapat mempengaruhi pekembangan kepribadian adalah:
(1) konsitusi tubuh; (2) struktur dan kedaan fisik; (3) koordinasi motorik;
(4)kemampuan mental dan bakat khusus, intelegensi tinggi, hambatan mental,dan
bakat khusus; (5) emosionalitasi. Semua faktor intern ini ikut mempengaruhi
termlambat tidaknya perkembangan kepribadian seseorang.
Selanjutnya,
yang termasuk pengaruh faktor lingkungan adalah (1) keluarga;(2) sekolah;(
Singgih G. Gunarsa, 198:88-96). Selain itu , ada faktor-faktor lain yang juga
mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, yaitu kebudayaan tempat orang
dibesarkan. Kebudayaan turut mempengaruhi pola tingkah laku serta berperan
dalam pembentukan kepribadian. Kebudayaan yang menekankan pada norma yang
didasrkan pada nilai-nilai luhur seperti kejujuran, loyalitas, kerjasama,
bagaimanapun akan memberi pengaruh dalam membentuk pola dan sikap yang
merupakan unsur dalam kepribadian seseorang. Demikian pula halnya dengan
kematangan beragama.
A.
Ciri-ciri dan Sikap Keberagamaan
1.
Tipe Orang yang Sakit Jiwa (The Sick Soul)
Menurut William James, sikap
keberagamaan seseorang yang sakit jiwa ini ditemui pada mereka yang pernah
mengalami latar belakang kehidupan kegamaan yang terganggu
William Starbuck, seperti yang
dikemukakan oleh William James berpendapat, bahwa penderitaan yang dialami
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor intern dan ekstern. Alasan ini
pula yang menyebabkan dalam psikologi agama dikenal dua sebutan, yaitu the sick soul dan the suffering. Tipe
yang pertama dilatarbelakangi oleh faktor intern (dalam diri) sedangkan yang
kedua adalah karena faktor ekstern (penderitaan).
Faktor intern yang diperkirakan menjadi
penyebab dari timbulnya sikap keberagamaan yang tidak lazim ini adalah :
1.
Tempramen.
2.
Gangguan jiwa
3.
Konflik dan keraguan
4.
Jauh dari Tuhan
Adapun ciri-ciri tindak keagamaan mereka
yang mengalami kelainan kejiwaan itu umunya cenderung menampilkan sikap :
a)
Pesimis
b)
Introvret
c)
Menyenangi paham yang ortodoks
d)
Mengalami proses keagamaan secara non-graduasi
Faktor
ekstern yang diperkirakan turut mempengaruhi sikap keagamaan secara mendadak,
adalah:
1)
Musibah
2)
Kejahatan
2.
Tipe Orang yang Sehat Jiwa (Healthy-Minded-Ness)
Ciri
dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W. Star buck yang
dikemukakan oleh W.Houston Clark dalam bukunya Religion Psychology adalah:
a.
Optimis dan Gembira
b.
Ekstrovet dan tak mendalam
c.
Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal
Sebagai
pengaruh kepribadian yang ekstrovet maka mereka cenderung :
·
Menyenangi
teologi yang lues dan tidak kaku.
·
Menunjukkan
tingkah laku keagamaan yang lebih bebas.
·
Menekankan
ajaran cinta kasih dari pada kemurkaan dosa.
·
Mempelopori
pembelaan terhadap kepentingan agama secara sosial.
·
Tidak
menyenangi implikasi penebusan dosa dan kehidupan kebiaraan.
·
Bersifat
liberal dalam menafsirkan pengertian ajaran agama.
·
Selalu
berpandangan positif.
·
Berkembang
secara graduasi.
B.
Mistisisme dan Psikologi Agama
Mistisisme merupakan salah satu sisi dan
pokok bahasan dalam psikologi agama. Mistisime dijumpai dalam semua agama, baik
agama teistik (Islam, Kristen,
Yahudi) maupun dikalangan mistik
nonteistik (misalnya penganut agama Budha). Baik tokoh mistik teistik
maupun nonteistik sependapat mengenai arti penting pengalaman yang mereka
anggap murni terhadap salah satu aspek realitas, meskipun barangkali mereka
berbeda jauh dalam pernyataan verbal yang mereka kemukakan mengenai apa yang
mereka persepsi itu (Robert H. Thouless, 1992:219).
Menurut Prof. Harun Nasution, dalam
tulisan orientalis Barat, mistisme yang dalam Islam adalah tasawuf disebut sufisme. Sebutan ini tidak dikenal di
agama lain, melainkan khusus untuk sebutan mistisme Islam (Harun Nasution,
1973:56). Ciri khas mistisme yang
pertama kali menarik para psikologi agama adalah kenyataan bahwa
pengalaman-pengalaman mistik atau perubahan-perubahan kesadaran yang mencapai
puncaknya kondisi yang digambarkannya sebagai kemanunggalan. Kondisi ini
digambarkan oleh mereka yang mengalami hal itu dirasakan sebagai pengalaman
menyatu dengan Tuhan. Kondisi kesadaran serupa juga dialami oleh tokoh mistik
nonteistik (kalangan para penganut Budha).
1.
Sejarah Perkembangan Aliran Kepercayaan
Dalam
memaparkan sejarah perkembangan ini kami mengetengahkan intisari dari uraian
Prof. Dr. Selo Sumarjan dalam simposium “Mengamankan Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa tanggal 14 Februari 1966 di Jakarta.
2.
Hal-hal yang Termasuk Mistisme
a.
Ilmu Gaib
b.
Magis
Untuk menejelaskan hubungan antara
unsur-unsur kebatinan ini kita pertentangkan magis ini dengan masalah lain yang
erat hubungannya:
1)
Magic dan takhayul
2)
Magis dan Ilmu Gaib
3)
Magis dan Kultus
C.
Kebatinan
Menurut pendapat Prof. Djojodiguno, S.H.
berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia, aliran kebatinan dapat dibedakan
menjadi:
§ Golongan yang hendak menggunakan
kekuatan gaib untuk melayani berbagai keperluan manusia (ilmu gaib).
§ Golongan yang berusaha untuk
mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan selama manusia itu masih hidup agar
manusia itu dapat merasakan dan mengetahui hidup di alam baka sebelum manusia
itu mengalami mati.
§ Golongan yang berniat mengenal Tuhan
(selama manusia itu masih hidup) dan menebus dalam rahasia ke-Tuhanan sebagai
tempat asal dan kembalinya manusia.
§ Golongan yang berhasrat untuk menempuh
budi luhur di dunia serta berusaha menciptakan masyarakat yang saling harga
menghargai dan cinta-mencintai dengan senantiasa mengindahkan perintah-perintah
Tuhan.
D.
Para Psikologi
Menurut
ilmu jiwa, gejala jiwa manusia itu dapat dibagi atas:
§ Gejala jiwa yang normal, yang terdapat
pada orang yang normal.
§ Gejala jiwa yang abnormal terdiri dari :
ü Gejala jiwa supranormal, yang terdapat
pada tokoh-tokoh pemimpin yang terkenal dan genius.
ü Gejala jiwa paranormal, gejala jiwa yang
terdapat pada manusia normal dengan beberapa kelebihan yang menyebabkan
beberapa kemampuan berupa gejala-gejala yang terjadi tanpa melalui sebab akibat
panca indera.
ü Gejala jiwa abnormal, gejala jiwa yang
menyimpang dari gejala biasa karena beberapa gangguan (sakit jiwa).
Gejala-gejala jiwa paranormal ini
dimilki seseorang berdasarkan anugerah yang Mahakuasa tanpa dipelajari,
sehingga mempunyai kemampuan melebihi gejala jiwa orang yang normal, berupa:
§ Kemampuan mengetahui sesuatu peristiwa
sebelum terjadi (prognostis): telepati, ramalan, melihat tanpa dengan
mengguanakan mata, dan lain-lain.
§ Kemampuan perubahan-perubahan tanpa
menggunakan kekuatan yang terdapat dalam fisik: pengobatan, stigmatisasi
(mengeluarkan darah dari tubuh tanpa merasa sakit), dan lain sebagainya.
E.
Aliran Kebatinan dan Schizoprenia
Yang menggerakkan seseorang untuk
memasuki aliran kebatinan adalah berbagai motif kejiwaan, misalnya : ingin
tahu, rasa tidak aman, kurang percaya pada diri sendiri ataupun ingin
memperdalam ajaran suatu aliran kebatinan. Bagi mereka yang mempunyai predisposisi
tertentu kadang-kadang akan mengakibatkan suatu kondisi mental-breakdown.
F.
Tasawuf dan Tarikat
Tasawuf disebut juga mistisme islam
memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar
bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan. Menurut Harun Nasution, imtisari dan
mistisisme (termasuk tasawuf) kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog
antara roh manusia dengan Tuhan, dengan cara mengasingkan diri dan
berkontemplasi. Untuk berada dekat dengan Tuhan orang harus menempuh jalan yang
panjang yang berisi stasiun-stasiun yang disebut maqamat. Diantara
stasiun-stasiun ini adalah, taubat, wara’, faqir, sabar, tawakal, ridha,
mahabbah, ma’rifah, fana, dan baka..
Pelaksanaan
tarikat itu diantaranya :
1)
Dzikir,
yaitu ingatan yang terus menerus kepada Allah dalam hati, serta menyebut nama
Nya dengan lisan.
2) Ratib, yaitu menyebut kalimat la ilaha illa Allah dengan gaya gerak
dan irama tertentu.
3) Muzik, yaitu dalam membaca wirid-wirid
diiringi wirid-wird dan bacaan-bacaan supaya lebih khitmat.
4)
Bernafas,
yaitu mengatur pada waktu melakukan zikir tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar