Minggu, 06 Oktober 2019

KRITERIA ORANG YANG MATANG BERAGAMA


RESUME KELOMPOK 5
KRITERIA ORANG YANG MATANG BERAGAMA
Manusia mengalami dua macam perkembangan, yaitu perkembangan jasmanai dan perkembangan rohani. Perkembangan jasmani diukur dari umur kronologis. Puncak perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan. Sebaliknya, perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas). Pencapaian tingkat abilitas tertentu bagi perkembangan rohani disebut istilah kematangan (maturity).
            Keterlambatan pencapaian kematangan rohani ini menurut ahli psikologi pendidikan sebagai keterlambatan dalam perkembangan kepribadian. Faktor-faktor ini menurut Dr. Singgih D. Gunarsa dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 1) faktor yang terdapat pada diri anak; 2)faktor yang berasal dari lingkungan (Singgih D. Gunarsa, 198:187).
            Adapun faktor intern anak itu yang dapat mempengaruhi pekembangan kepribadian adalah: (1) konsitusi tubuh; (2) struktur dan kedaan fisik; (3) koordinasi motorik; (4)kemampuan mental dan bakat khusus, intelegensi tinggi, hambatan mental,dan bakat khusus; (5) emosionalitasi. Semua faktor intern ini ikut mempengaruhi termlambat tidaknya perkembangan kepribadian seseorang.
            Selanjutnya, yang termasuk pengaruh faktor lingkungan adalah (1) keluarga;(2) sekolah;( Singgih G. Gunarsa, 198:88-96). Selain itu , ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, yaitu kebudayaan tempat orang dibesarkan. Kebudayaan turut mempengaruhi pola tingkah laku serta berperan dalam pembentukan kepribadian. Kebudayaan yang menekankan pada norma yang didasrkan pada nilai-nilai luhur seperti kejujuran, loyalitas, kerjasama, bagaimanapun akan memberi pengaruh dalam membentuk pola dan sikap yang merupakan unsur dalam kepribadian seseorang. Demikian pula halnya dengan kematangan beragama.
A.    Ciri-ciri dan Sikap Keberagamaan
1.      Tipe Orang yang Sakit Jiwa (The Sick Soul)
Menurut William James, sikap keberagamaan seseorang yang sakit jiwa ini ditemui pada mereka yang pernah mengalami latar belakang kehidupan kegamaan yang terganggu
William Starbuck, seperti yang dikemukakan oleh William James berpendapat, bahwa penderitaan yang dialami disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor intern dan ekstern. Alasan ini pula yang menyebabkan dalam psikologi agama dikenal dua sebutan, yaitu the sick soul dan the suffering. Tipe yang pertama dilatarbelakangi oleh faktor intern (dalam diri) sedangkan yang kedua adalah karena faktor ekstern (penderitaan).
Faktor intern yang diperkirakan menjadi penyebab dari timbulnya sikap keberagamaan yang tidak lazim ini adalah :
1.      Tempramen.
2.      Gangguan jiwa
3.      Konflik dan keraguan
4.      Jauh dari Tuhan
Adapun ciri-ciri tindak keagamaan mereka yang mengalami kelainan kejiwaan itu umunya cenderung menampilkan sikap :
a)      Pesimis
b)      Introvret
c)      Menyenangi paham yang ortodoks
d)      Mengalami proses keagamaan secara non-graduasi
            Faktor ekstern yang diperkirakan turut mempengaruhi sikap keagamaan secara mendadak, adalah:
1)      Musibah
2)      Kejahatan
2.      Tipe Orang yang Sehat Jiwa (Healthy-Minded-Ness)
            Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W. Star buck yang dikemukakan oleh W.Houston Clark dalam bukunya Religion Psychology adalah:
a.      Optimis dan Gembira
b.      Ekstrovet dan tak mendalam
c.       Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal
Sebagai pengaruh kepribadian yang ekstrovet maka mereka cenderung :
·         Menyenangi teologi yang lues dan tidak kaku.
·         Menunjukkan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas.
·         Menekankan ajaran cinta kasih dari pada kemurkaan dosa.
·         Mempelopori pembelaan terhadap kepentingan agama secara sosial.
·         Tidak menyenangi implikasi penebusan dosa dan kehidupan kebiaraan.
·         Bersifat liberal dalam menafsirkan pengertian ajaran agama.
·         Selalu berpandangan positif.
·         Berkembang secara graduasi.
B.     Mistisisme dan Psikologi Agama
Mistisisme merupakan salah satu sisi dan pokok bahasan dalam psikologi agama. Mistisime dijumpai dalam semua agama, baik agama teistik (Islam, Kristen, Yahudi) maupun dikalangan mistik nonteistik (misalnya penganut agama Budha). Baik tokoh mistik teistik maupun nonteistik sependapat mengenai arti penting pengalaman yang mereka anggap murni terhadap salah satu aspek realitas, meskipun barangkali mereka berbeda jauh dalam pernyataan verbal yang mereka kemukakan mengenai apa yang mereka persepsi itu (Robert H. Thouless, 1992:219).
Menurut Prof. Harun Nasution, dalam tulisan orientalis Barat, mistisme yang dalam Islam adalah tasawuf disebut sufisme. Sebutan ini tidak dikenal di agama lain, melainkan khusus untuk sebutan mistisme Islam (Harun Nasution, 1973:56). Ciri khas  mistisme yang pertama kali menarik para psikologi agama adalah kenyataan bahwa pengalaman-pengalaman mistik atau perubahan-perubahan kesadaran yang mencapai puncaknya kondisi yang digambarkannya sebagai kemanunggalan. Kondisi ini digambarkan oleh mereka yang mengalami hal itu dirasakan sebagai pengalaman menyatu dengan Tuhan. Kondisi kesadaran serupa juga dialami oleh tokoh mistik nonteistik (kalangan para penganut Budha).
1.         Sejarah Perkembangan Aliran Kepercayaan
Dalam memaparkan sejarah perkembangan ini kami mengetengahkan intisari dari uraian Prof. Dr. Selo Sumarjan dalam simposium “Mengamankan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa tanggal 14 Februari 1966 di Jakarta.  
2.         Hal-hal yang Termasuk Mistisme
a.        Ilmu Gaib
b.        Magis
Untuk menejelaskan hubungan antara unsur-unsur kebatinan ini kita pertentangkan magis ini dengan masalah lain yang erat hubungannya:
1) Magic dan takhayul
2) Magis dan Ilmu Gaib
3) Magis dan Kultus
C.    Kebatinan
Menurut pendapat Prof. Djojodiguno, S.H. berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia, aliran kebatinan dapat dibedakan menjadi:
§  Golongan yang hendak menggunakan kekuatan gaib untuk melayani berbagai keperluan manusia (ilmu gaib).
§  Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan Tuhan selama manusia itu masih hidup agar manusia itu dapat merasakan dan mengetahui hidup di alam baka sebelum manusia itu mengalami mati.
§  Golongan yang berniat mengenal Tuhan (selama manusia itu masih hidup) dan menebus dalam rahasia ke-Tuhanan sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.
§  Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia serta berusaha menciptakan masyarakat yang saling harga menghargai dan cinta-mencintai dengan senantiasa mengindahkan perintah-perintah Tuhan.
D.    Para Psikologi
Menurut ilmu jiwa, gejala jiwa manusia itu dapat dibagi atas:
§  Gejala jiwa yang normal, yang terdapat pada orang yang normal.
§  Gejala jiwa yang abnormal terdiri dari :
ü  Gejala jiwa supranormal, yang terdapat pada tokoh-tokoh pemimpin yang terkenal dan genius.
ü  Gejala jiwa paranormal, gejala jiwa yang terdapat pada manusia normal dengan beberapa kelebihan yang menyebabkan beberapa kemampuan berupa gejala-gejala yang terjadi tanpa melalui sebab akibat panca indera.
ü  Gejala jiwa abnormal, gejala jiwa yang menyimpang dari gejala biasa karena beberapa gangguan (sakit jiwa).
Gejala-gejala jiwa paranormal ini dimilki seseorang berdasarkan anugerah yang Mahakuasa tanpa dipelajari, sehingga mempunyai kemampuan melebihi gejala jiwa orang yang normal, berupa:
§  Kemampuan mengetahui sesuatu peristiwa sebelum terjadi (prognostis): telepati, ramalan, melihat tanpa dengan mengguanakan mata, dan lain-lain.
§  Kemampuan perubahan-perubahan tanpa menggunakan kekuatan yang terdapat dalam fisik: pengobatan, stigmatisasi (mengeluarkan darah dari tubuh tanpa merasa sakit), dan lain sebagainya.
E.     Aliran Kebatinan dan Schizoprenia
Yang menggerakkan seseorang untuk memasuki aliran kebatinan adalah berbagai motif kejiwaan, misalnya : ingin tahu, rasa tidak aman, kurang percaya pada diri sendiri ataupun ingin memperdalam ajaran suatu aliran kebatinan. Bagi mereka yang mempunyai predisposisi tertentu kadang-kadang akan mengakibatkan suatu kondisi mental-breakdown.
F.     Tasawuf dan Tarikat                
Tasawuf disebut juga mistisme islam memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan. Menurut Harun Nasution, imtisari dan mistisisme (termasuk tasawuf) kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Untuk berada dekat dengan Tuhan orang harus menempuh jalan yang panjang yang berisi stasiun-stasiun yang disebut maqamat. Diantara stasiun-stasiun ini adalah, taubat, wara’, faqir, sabar, tawakal, ridha, mahabbah, ma’rifah, fana, dan baka..
Pelaksanaan tarikat itu diantaranya :
1)      Dzikir, yaitu ingatan yang terus menerus kepada Allah dalam hati, serta menyebut nama Nya dengan lisan.
2)      Ratib, yaitu menyebut kalimat la ilaha illa Allah dengan gaya gerak dan irama tertentu.
3)      Muzik, yaitu dalam membaca wirid-wirid diiringi wirid-wird dan bacaan-bacaan supaya lebih khitmat.
4)      Bernafas, yaitu mengatur pada waktu melakukan zikir tertentu.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar